Ragam
Friendship Marriage: Tren Nikahi Teman Tanpa Cinta yang Lagi Rame di Jepang
Faktanya, ada, lho, pasangan memilih menikahi sahabat demi stabilitas dan kenyamanan hidup bersama.
Vania Rossa | Estika Kusumaningtyas

Dewiku.com - Cinta bukan lagi satu-satunya alasan orang memutuskan untuk menikah—setidaknya di Jepang. Belakangan ini, tren friendship marriage alias pernikahan berdasarkan persahabatan mulai banyak diminati.
Konsepnya simpel: dua orang yang bersahabat memilih hidup bersama dalam ikatan pernikahan, tanpa melibatkan cinta romantis. Alasannya? Demi kenyamanan, kestabilan emosional, dan menghindari tekanan sosial.
Baca Juga
Diselingkuhin Bukan Bikin Sedih, Tapi Malu? Dilan Janiyar Spill Cara Cewek Upgrade Value Diri!
Vidi Aldiano Bikin Sheila Dara Sebel Gara-Gara Hal Sepele? Ini Cara Nerima Kekurangan Pasangan dengan Elegan
Bocoran Teori Squid Game Season 3: Siap-Siap Kaget, Plotnya Nggak Main-Main!
Nggak Cuma untuk Cewek, Vaksin HPV Juga Penting Buat Cowok!
Definisi Cantik Maksimal Tanpa Usaha, Alyssa Daguise Disangka Mau Pergi Padahal Baru Bangun Tidur
Review Squid Game 3, Endingnya Nggak Sesuai Ekspektasi Penonton?
Fenomena ini memicu banyak diskusi, terutama soal bagaimana definisi pernikahan mulai bergeser di era modern.
Konsep Friendship Marriage

Friendship Marriage adalah hubungan pernikahan yang didasarkan pada kesepakatan bersama tanpa cinta ataupun seks. Meski begitu, pasangan yang menjalani pernikahan tanpa cinta romantis ini juga bisa hidup bahagia dan memiliki anak, lho.
Namun, biasanya pasangan yang menganut tren pernikahan ini membuat keputusan memiliki anak melalui inseminasi buatan. Hal ini sejalan dengan konsep hubungan yang minim romantisme dan tanpa seks.
Konsep unik yang dianut jauh berbeda dengan menikahi sahabat. Justru sebaliknya, friendship marriage mempertemukan dua orang untuk kemudian berteman dan menghabiskan waktu bersama agar bisa saling mengenal dengan lebih baik.
Tren hubungan ini berjalan dengan konsep hidup sebagai pasangan yang sah atas dasar nilai-nilai dan kepentingan bersama. Rasa lelah pada tekanan sosial untuk segera menikah turut andil melatarbelakangi tren ini.
Terlebih saat tidak ingin terjebak dalam dinamika hubungan sejoli, tren friendship marriage bisa menjadi solusi saat tetap ingin menjalani hidup dengan orang yang dipercaya. Tentunya atas dasar kesepakatan yang dibuat bersama.
Bukan hanya populer di kalangan pasangan heteroseksual, tren ini bahkan lebih populer di kalangan aseksual dan homoseksual. Di Jepang sendiri, penganut tren ini justru lebih banyak dilakukan anak muda dengan pendapatan di atas rata-rata nasional.
Nggak heran kalau kemudian tren pernikahan ini dianggap sebagai solusi yang realistis agar terhindar dari kesepian dan tuntutan sosial sekaligus alternatif dari pernikahan tradisional oleh anak muda di Jepang.
Bagaimana dengan di Luar Jepang?
Awalnya, tren yang berlaku di Jepang sebagai solusi alternatif ini juga memberi keuntungan berupa terhindar dari beban pajak yang cukup banyak bagi para lajang. Namun, ternyata tren friendship marriage ini juga mulai diadaptasi di luar Jepang.
Hubungan pernikahan berdasar konsep saling menguntungkan tanpa cinta atau seks ini juga dilakukan oleh anak muda asal Singapura. Pasangan muda yang telah berteman dan dekat sejak kecil tersebut dilaporkan menikah. Mereka bahkan memutuskan untuk menjalani hidup sebagai pasangan sah dan tinggal di Los Angeles.
Di sisi lain, muda mudi di China juga memilih konsep pernikahan ini dan bahkan membeli rumah untuk ditinggali dengan teman dekatnya.
Meski sedang tren dan mulai mempengaruhi pola pikir anak muda zaman now, terutama di Jepang, tetapi hubungan ini bukannya tanpa risiko. Sama seperti pernikahan tradisional, friendship marriage juga bisa berujung dengan perceraian.
Hanya saja, manfaat yang didapat dianggap masih tetap bisa memberi keuntungan. Di antaranya, mereka bisa merasakan persahabatan dengan pasangan, terutama jika sama-sama tidak suka dengan konsep pernikahan pada umumnya.
Di sisi lain, penganut tren ini juga tidak lagi mendapat tekanan sosial karena di mata umum mereka sudah menikah secara sah. Fakta ini membuat pasangan tersebut merasa jika mereka bukan lagi menjadi buangan sosial hanya karena tidak menikah.
Gimana, tertarik untuk mengikuti tren ini, nggak, nih?