Ragam
Cinta Nggak Harus Sakit: Saatnya Cewek Stop Normalisasi Hal Negatif dalam Hubungan
Sering dengar kalimat namanya juga cinta, pasti ada luka? Hati-hati, jangan sampai kamu romantisasi hal-hal negatif dalam hubungan. Yuk, mulai sadar dan sayang diri sendiri!
Vania Rossa | Natasya Regina Melati

Dewiku.com - “Namanya juga cinta, pasti ada luka.” Kalimat ini mungkin sering kita dengar, bahkan dianggap wajar dalam hubungan. Tapi, kalau luka itu datang terus-menerus dari sikap pasangan yang manipulatif, posesif, atau bahkan kasar—masih pantaskah disebut cinta?
Banyak cewek yang tanpa sadar menormalisasi hal-hal negatif dalam hubungan karena dibalut kalimat manis atau dianggap bukti rasa sayang. Padahal, cinta yang sehat nggak seharusnya bikin kamu kehilangan diri sendiri. Yuk, berhenti romantisasi hal toksik dan mulai lebih sayang sama diri sendiri!
Baca Juga
Gaya Minimalis Adhisty Zara yang Bikin Jatuh Hati, Cocok Buat Segala Mood!
Kenali Tanda-Tandanya! Ini 4 Tipe Pembohong yang Sering Ada di Sekitar Kita
Digosipin? Seperti Jo Yuri, Ini Cara Sehat Hadapi Rumor Tanpa Drama
Bukan Ghosting, Ini Alasan Cewek Lebih Sering Update Story Daripada Balas Chat
Jagoan Drama Rom-Com! Ini 4 Drakor Lee Da Hee yang Penuh Chemistry
Belajar dari Kimberly Ryder: Gagal Nikah Bukan Akhir Cari Cinta Baru
Romantisasi hal negatif dalam hubungan ini juga sering dikaitkan dengan sikap hopeless romantic yang terlalu mengidealkan cinta sampai rela memaklumi segala hal, termasuk yang menyakitkan. Padahal, cinta nggak seharusnya bikin kamu merasa tertekan atau kehilangan diri sendiri, lho.
Nah, biar kamu makin peka, kali ini kita bakal bahas tanda-tanda wanita yang suka meromantisasi hal negatif dalam hubungan, lengkap sama dampaknya yang harus kamu tahu. Yuk, simak dan jangan sampai kamu terjebak terlalu lama!
Tanda-Tanda Cewek yang Suka Meromantisasi Hal Negatif dalam Hubungan
Kadang tanpa sadar, kita bisa membenarkan hal-hal yang sebenarnya nggak sehat dalam hubungan, cuma karena dibungkus dengan label cinta. Nah, berikut ini beberapa tanda kalau kamu mungkin sedang meromantisasi hal negatif dalam hubungan:
Pertama, kamu membenarkan perilaku posesif. Pasangan sering ngecek HP, ngelarang main sama teman, atau terlalu sering nelpon, tapi kamu anggap itu bentuk perhatian? Hati-hati, karena itu bisa jadi kontrol, bukan cinta.
Kedua, kamu memaafkan kekerasan verbal atau emosional. Kalau dia suka berkata kasar atau merendahkan, lalu kamu anggap itu "bumbu cinta" atau cuma karena emosi sesaat, itu tanda bahaya. Orang posesif biasanya punya rasa cemburu yang berlebihan dan malah bisa merusak hubungan.
Ketiga, kamu percaya bahwa rasa sakit dalam hubungan adalah bukti cinta yang dalam. Padahal cinta nggak seharusnya bikin kamu terus-terusan sedih atau terluka.
Keempat, kamu merahasiakan masalah dalam hubungan. Kamu lebih memilih diam, nggak cerita ke siapa-siapa karena takut dinilai atau malah merasa bersalah. Faktanya, ResearchGate pernah menyebut bahwa korban kekerasan memang sering menutupi kejadian buruk karena berbagai alasan.
Kelima, kamu tetap bertahan meski hubungan itu sudah jelas merugikan. Mungkin karena takut sendiri atau terlalu percaya sama konsep "cinta sejati". Padahal, terus memaksakan diri di hubungan yang nggak sehat cuma akan menyakiti kamu sendiri.
Keenam, kamu nggak tahu atau nggak bisa bikin batasan yang sehat. Akhirnya, kamu gampang dimanipulasi atau dimanfaatkan pasangan.
Dan terakhir, kamu merasa nggak pantas mendapatkan hubungan yang bahagia. Kamu pikir kamu harus nerima apa pun karena kamu nggak layak dapat yang lebih baik. Padahal itu cuma pikiran yang keliru banget.
Dampak Negatif Romantisasi Hal Negatif
Kalau terus-terusan kayak gini, dampaknya nggak main-main lho. Kesehatan mental bisa terganggu, kamu bisa merasa cemas, sedih terus, bahkan depresi. Rasa percaya diri juga bisa turun drastis, dan kamu mulai merasa nggak berharga.
Lebih parah lagi, kamu bisa kesulitan membangun hubungan sehat di masa depan karena trauma atau ekspektasi yang salah. Bahkan, bisa saja kamu terjebak dalam siklus kekerasan yang berulang.
Cinta itu harusnya bikin kamu bahagia, bukan justru jadi alasan kamu terus merasa sakit hati. Kalau kamu merasa tanda-tanda di atas ada dalam hubunganmu, jangan ragu untuk cerita ke orang terpercaya atau minta bantuan profesional.
Seperti yang ditulis Psychology Today, pola pikir bisa dibentuk ulang, dan kamu selalu punya kesempatan untuk bangkit dan mulai membangun hubungan yang lebih sehat. Kamu pantas bahagia, jangan biarkan siapa pun meyakinkan sebaliknya.