Ragam

Belum Ada Kerutan, Udah Botox Duluan? Ini Tren Prejuvenation di Kalangan Gen Z!

Gen Z makin getol lakukan prejuvenation seperti botox dan filler sejak muda. Kenapa sih mereka rela lakukan perawatan anti-aging sebelum ada tanda penuaan?

Vania Rossa

Ilustrasi Botox, Tren Prejuvenation di Kalangan Gen Z (Freepik)
Ilustrasi Botox, Tren Prejuvenation di Kalangan Gen Z (Freepik)

Dewiku.com - Di tengah maraknya tren kecantikan, perawatan seperti botox dan operasi plastik bukan lagi hal asing—bahkan kini mulai jadi pilihan banyak anak muda. Yang cukup bikin heran, tren ini justru ramai diminati Gen Z yang usianya baru 20-an.

Mengutip Women’s Health Magazine, penggunaan botox dan neuromodulator meningkat drastis hingga 73% dari tahun 2019 hingga 2022. Bahkan menurut American Society of Plastic Surgeons (ASPS), jumlah Gen Z di bawah usia 20 tahun yang melakukan prosedur ini mengalami lonjakan 9% hanya dalam setahun, dari 2022 ke 2023.

Fenomena ini dikenal dengan istilah prejuvenation, yaitu langkah-langkah pencegahan penuaan yang dilakukan sejak dini, bahkan sebelum munculnya tanda-tanda penuaan seperti kerutan. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang fokus pada anti-aging setelah munculnya keriput, Gen Z memilih mencegah sebelum terjadi.

Sebuah artikel di Aesthetic Surgery Journal Open Forum juga mencatat adanya pergeseran tren dermatologi estetika. Kalau generasi millennial fokus pada koreksi dan pembalikan tanda penuaan, Gen Z lebih ke arah "mencegah duluan".

Salah satu pemicunya adalah media sosial. Dalam studi tahun 2024 oleh Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, ditemukan bahwa semakin sering seseorang mengakses media sosial atau menggunakan aplikasi edit wajah, semakin tinggi keinginannya untuk menjalani prosedur estetika. Apalagi dengan kehadiran “skinfluencer” yang kerap tampil dengan wajah mulus dan simetris, standar kecantikan pun jadi terasa makin tak realistis.

Tren wajah simetris juga ikut mendorong popularitas filler dan botox. Teknik ini melibatkan penempatan bahan di titik-titik wajah tertentu untuk menciptakan kesan proporsional dan seimbang. Sayangnya, tren ini tak lepas dari kontroversi.

Beberapa orang justru menilai bahwa intervensi terlalu dini bisa membuat wajah terlihat lebih tua. Kasus ini sempat viral lewat acara Love Island, di mana peserta berusia 24 tahun dikomentari netizen karena terlihat seperti 44 tahun. Menurut Dr. Rednam, hal itu bisa terjadi karena prosedur anti-aging yang justru meniru kontur wajah dewasa—yang sebenarnya adalah tanda alami penuaan.

“Banyak perempuan muda mengejar tampilan wajah yang justru biasa terlihat di usia lebih tua. Akibatnya, hasil prosedur bisa membuat mereka tampak lebih dewasa dari usia sebenarnya,” ujar Dr. Rednam.

Terlepas dari pro dan kontra, keputusan untuk menjalani botox atau operasi plastik sepenuhnya kembali pada masing-masing individu. Yang terpenting, lakukan riset terlebih dahulu, konsultasikan dengan dokter tersertifikasi, dan pastikan keinginanmu lahir dari kebutuhan pribadi—bukan semata dorongan tren atau tekanan sosial.

(Himayatul Azizah)

Berita Terkait

Berita Terkini