Ragam

Bukan Sound Horeg, Ini Orkestra di Hutan Pinus yang Bikin Jogja Makin Spesial

Yogyakarta Royal Orchestra gelar konser orkestra di Hutan Pinus Mangunan, memadukan musik modern dan budaya Jawa. Ini bedanya dengan sound horeg.

Vania Rossa | Ayu Ratna

Yogyakarta Royal Orchestra (Instagram/@kratonjogja.event)
Yogyakarta Royal Orchestra (Instagram/@kratonjogja.event)

Dewiku.com - Jogja kembali bikin gebrakan di dunia musik dengan menghadirkan orkestra modern di tengah hutan pinus. Bukan di gedung megah berlampu kristal, tapi di Panggung Terbuka Telaga Mardigdo, Hutan Pinus Sari Mangunan, Bantul. Acara ini digelar 21/06/2025 dalam rangka Hari Musik Dunia sekaligus ulang tahun ke-4 Yogyakarta Royal Orchestra (YRO).

Bertajuk Kidung Pertiwi, konser ini bukan sekadar pamer musik orkestra ala barat, tapi juga memadukan unsur budaya Jawa, gamelan, sinden, hingga lagu-lagu bertema alam, lingkungan, dan peran perempuan.

Total ada 12 lagu yang dibawakan — sembilan versi orkestrasi dan tiga lagu a cappella — lengkap dengan penampilan solois violin, klarinet, paduan suara, dan grup gamelan.

Yang bikin makin spesial, konsepnya memadukan seni, budaya, dan alam dengan dukungan ribuan penonton. Sekitar 7.000 orang dari berbagai daerah hadir untuk menikmati harmoni musik di tengah pepohonan pinus. Selain memanjakan telinga, event ini juga jadi cara kreatif buat mendukung pariwisata berkelanjutan di Jogja.

Keistimewaan Orkestra di Hutan Pinus Mangunan

Kalau biasanya orkestra identik sama gedung teater mewah, YRO memilih keluar jalur. Lokasi konser di tengah hutan pinus bikin suasana jadi lebih magis. Suara orkestra berpadu dengan angin dan aroma pepohonan, menciptakan sensasi yang jarang banget bisa dirasakan penonton.

Perpaduan musik barat dan budaya Jawa jadi daya tarik utama. Ada gamelan, sinden, dan aransemen modern yang mengalir mulus tanpa kehilangan identitas lokal. Penonton bukan cuma dengar musik, tapi juga ikut “dibawa pulang” ke akar budaya mereka.

Momen ini juga jadi pembuktian kualitas YRO. Selain merayakan ulang tahun ke-4, mereka membuktikan bahwa orkestra bisa tetap relevan dan menarik perhatian masyarakat luas, bahkan di tengah gempuran musik populer dan hiburan massal lainnya.

Kolaborasi Unik Bikin Nuansa Berbeda

Konser Kidung Pertiwi menghadirkan deretan kolaborator yang nggak biasa. Ada sinden yang menyanyikan tembang Jawa klasik, grup gamelan yang memberikan warna tradisional, dan musisi klasik seperti pemain violin dan klarinet yang bikin aransemennya makin kaya.

Nggak ketinggalan paduan suara yang membawakan lagu a cappella. Semua ini bikin pengalaman menonton jadi lengkap — dari musik yang megah sampai momen khidmat tanpa instrumen. Kombinasi ini jadi bukti bahwa musik lintas budaya bisa berpadu harmonis kalau digarap serius.

Selain menyuguhkan hiburan, konser ini punya misi sosial dan lingkungan. Tema alam dan lingkungan hidup yang diusung lewat lagu-lagu mereka seolah mengingatkan penonton untuk menjaga keindahan alam yang mereka nikmati saat itu.

Perbedaan Orkestra di Hutan Pinus Mangunan dengan Sound Horeg

Buat yang belum tahu, sound horeg alias sound hordeng/sound terbuka itu konsep hiburan musik dengan sound system besar di ruang terbuka, biasanya untuk genre seperti dangdut atau musik pop. Nah, bedanya dengan orkestra YRO di Hutan Pinus Mangunan lumayan jauh.

Dari segi pertunjukan, YRO mengusung musik orkestra modern berpadu budaya Jawa, lengkap dengan aransemen rumit dan konsep tematik. Sementara sound horeg lebih fokus pada hiburan rakyat dengan lagu-lagu populer yang gampang diterima massa.

Lokasi juga beda suasana. Orkestra YRO memilih latar hutan pinus yang adem, artistik, dan penuh nuansa seni. Sound horeg umumnya diadakan di lapangan atau pinggir jalan dengan tujuan menciptakan suasana pesta rakyat.

Tujuannya pun berbeda. YRO ingin merayakan budaya, mendukung pariwisata, dan memberi pengalaman seni yang mendalam. Sound horeg lebih menekankan interaksi langsung, goyang bersama, dan energi yang menggelegar dari sound system.

Konser Yogyakarta Royal Orchestra di Hutan Pinus Mangunan jadi bukti kalau seni musik bisa bertransformasi dan tetap relevan. Perpaduan antara musik orkestra, budaya Jawa, dan alam terbuka bukan cuma bikin mata dan telinga bahagia, tapi juga hati penonton ikut hangat.

Di tengah tren sound horeg yang merajai hiburan rakyat, YRO menunjukkan bahwa “Jawa Premium” versi mereka punya daya tarik yang nggak kalah kuat.

Berita Terkait

Berita Terkini