Ragam

Ashanty Berani Pergi ke Psikiater: Bukti Self-Healing Itu Perlu Bantuan Profesional, Bukan Cuma Liburan

Ashanty blak-blakan ceritakan pengalamannya ke psikiater. Simak alasannya di sini dan pahami mengapa self-healing terkadang butuh bantuan profesional, bukan cuma liburan.

Vania Rossa

Ashanty (Instagram/ashanty_ash)
Ashanty (Instagram/ashanty_ash)

Dewiku.com - Belakangan ini, kesehatan mental jadi topik yang makin sering dibicarakan, terutama di kalangan anak muda. Namun, masih banyak yang menganggap self-healing itu cuma tentang liburan, belanja, atau makan enak. Padahal, untuk masalah mental yang lebih dalam, butuh langkah yang lebih serius.

Hal inilah yang diungkapkan oleh Ashanty saat ia blak-blakan menceritakan pengalamannya konsultasi dengan psikiater. Ia secara terbuka mengakui bahwa ia sedang berjuang mengatasi trauma masa lalu yang masih menghantui, dan memilih untuk mencari bantuan profesional adalah keputusan yang tepat baginya.

Dalam postingan panjang yang disertai caption jujur, istri Anang Hermansyah ini mengungkap alasan dirinya menjalani perawatan ke psikiater.

"Berobat ke psikiater itu bukan karena aku sakit jiwa atau stres sama kerjaan. Tapi, stres itu bisa jadi pemicu saat semuanya lagi numpuk," jelas Ashanty.

Ia menceritakan kalau saat kambuh, tubuhnya bakal gatal luar biasa, terutama malam hari, sampai bikin susah tidur.

Menurutnya, kadang ia merasa fisiknya baik-baik saja, padahal di dalam tubuhnya ada yang tidak beres. Pengakuan ini jadi pengingat buat kita semua bahwa kesehatan mental dan fisik itu saling berkaitan. Stres tidak hanya menyerang pikiran, tapi juga bisa memengaruhi kondisi tubuh kita.

Kenapa Bantuan Profesional Itu Penting?

Cerita Ashanty jadi pengingat bagi kita semua, bahwa proses penyembuhan tidak selalu bisa dilakukan sendirian. Sering kali, akar masalahnya terlalu dalam untuk diselesaikan dengan sekadar mengalihkan perhatian. Ada beberapa alasan kenapa bantuan psikiater atau psikolog itu sangat penting:

1. Membantu Mengurai Trauma: Pengalaman buruk di masa lalu bisa meninggalkan luka emosional yang sulit sembuh. Psikiater punya metode dan ilmu untuk membantu kita mengurai trauma itu secara bertahap, sehingga kita bisa memahaminya dan berdamai dengan masa lalu.

2. Mendapatkan Diagnosis yang Tepat: Kadang, perasaan cemas, sedih berkepanjangan, atau overthinking bukan sekadar perasaan biasa. Bisa jadi itu gejala dari kondisi mental tertentu. Psikiater bisa memberikan diagnosis yang akurat dan menentukan penanganan yang sesuai.

3. Memberikan Tools Praktis: Terapi bukan cuma curhat. Psikiater atau psikolog akan mengajarkan kita tools atau teknik praktis untuk menghadapi pikiran dan emosi negatif. Ini bisa berupa latihan pernapasan, metode berpikir ulang (cognitive restructuring), atau cara mengelola stres yang lebih sehat.

Melawan Stigma dan Menerima Kenyataan 

Keputusan Ashanty untuk terbuka tentang perjalanannya ke psikiater adalah langkah berani yang patut diacungi jempol. Di Indonesia, stigma negatif tentang kesehatan mental masih sangat kuat. Banyak yang menganggap pergi ke psikiater sama dengan "gila," padahal kenyataannya tidak demikian.

Mencari bantuan profesional justru menunjukkan bahwa kamu kuat dan peduli pada diri sendiri. Ini adalah bentuk self-love yang paling nyata, karena kamu memprioritaskan kesehatan mentalmu di atas segalanya. Liburan memang bisa jadi pelarian sementara, tapi tidak akan pernah menyelesaikan akar masalah.

Jadi, jika kamu merasa ada yang tidak beres dengan perasaanmu, jangan ragu untuk mencari bantuan. Kisah Ashanty membuktikan bahwa bahkan orang yang terlihat sempurna di luar pun bisa memiliki luka yang tak terlihat. Tidak ada yang salah dengan mencari bantuan. Sebaliknya, itu adalah langkah awal untuk menjadi versi diri yang lebih sehat dan bahagia.

Berita Terkait

Berita Terkini