Ragam
Ngajar Anaknya Mantan: Antara Mendidik dengan Hati atau Balas Dendam Diam-Diam?
Ngajar anak mantan memang bikin drama, tapi integritas tetap harus nomor satu
Vania Rossa | Estika Kusumaningtyas

Dewiku.com - Bayangkan situasinya kamu jadi guru dan suatu hari menemukan nama murid yang ternyata anak dari mantan pacarmu dulu. Fenomena ini dibagikan dalam unggahan video TikTok di mana sebuah kebetulan yang unik menggelitik dinamika profesional di dunia pendidikan.
Seorang guru pria tampak ngobrol dengan murid perempuan yang asyik bercerita. Meski tampak lumrah, tapi caption video tersebut mengundang kegalauan yang nyata. Murid itu bukan cuma mirip mantan tapi juga anak dari mantan pacarnya.
Fenomena ini memancing beragam reaksi warganet, mulai dari yang ngakak menertawakan takdir itu, membayangkan peluang balas dendam, sampai ada juga yang memberi nasihat agar tetap profesional.
Viral di Berbagai Platform Media Sosial: The Real Nilai Anakmu Ada di Tanganku?
Unggahan ini pun semakin viral dan tersebar di berbagai platform media sosial. Bahkan sampai ada yang nyeletuk kalau kebetulan ini jadi kesempatan membalas mantan. Tampaknya “the real nilai anakmu ada di tanganku” benar-benar kejadian.
Bukannya tanpa alasan, bisa saja perasaan pribadi yang seperti “luka lama dikorek-korek lagi” muncul dan mempengaruhi profesionalitas kerja sebagai guru. Bagaimana pun juga, anak perempuan tersebut pasti punya “kedudukan” yang berbeda di mata guru tersebut.
Entah bisa dapat nilai tambahan atau malah ajang balas dendam buat mantan, potensi subjektivitas cukup besar. Apalagi dalam video tersebut juga dijelaskan kalau cara anak itu bercerita sama seperti sang mantan, apa nggak makin galau jadinya?
Respon Warganet: Nyeleneh Penuh Canda
Reaksi warganet melihat situasi dalam unggahan video tersebut terbilang beragam, tapi kebanyakan jadi nyeleneh dan mengarah pada sisi humor.
“Aku ngak bisa menggenggam tanganmu,, tapi nilai anakmu di tanganku,” tulis seorang netizen bercanda di kolom komentar
Baca Juga
Ditinggal Pergi Selamanya Oleh Calon Suami, Marshanda Tunjukkan Cara Bangkit di Tengah Luka
Dari Body Shaming ke Self-Love, Perjalanan Panjang Ummi Quary Bisa Jadi Inspirasi
Momen Manis Erika Carlina Bawa Baby Andrew Imunisasi: No Drama Sama Sekali!
Dulu Bintang Kolosal, Kini Errina GD Punya 4 Profesi yang Jalan Barengan
Rina Nose Bongkar Tantangan Impersonate: Tak Selalu Sukses, Kadang Malah Gagal Total!
Co-Parenting Goals! Ben Kasyafani dan Marshanda Tunjukkan Komunikasi Sehat demi Putri Tercinta
“She :"Kok Bapak Bisa Ngertiin Aku Banget?", timpal komentar yang lain.
“Anak nya yg di liat tapi ibu nya yg di ingat. Wes wes bubar2 move on,” canda warganet lain menyoroti kondisi tersebut.
“Opo rasane dodo ora koyok di cubles ri salak sak tegalan (apa rasanya dada nggak seperti ditusuk duri salak sekebon),” balas yang lain.
Dilema Profesional Vs Perasaan Pribadi
Mengajar anak mantan ibarat ujian integritas bagi seorang guru yang menghadapkan pada dilema profesional vs perasaan pribadi. Apa yang harus dilakukan?
1. Tetap Profesional
Menilai murid berdasarkan kemampuan, tanpa terpengaruh masa lalu tetap harus dilakukan. Momen ini juga bisa jadi pembuktian sikap dewasa dan netral.
2. Godaan Balas Dendam
Nggak dimungkiri kalau situasi ini jadi godaan balas dendam yang cukup epik meski sebenarnya nggak boleh dilakukan. Jangan sampai profesionalitas tercoreng karena mengubah standar penilaian karena sakit hati masa lalu.
Tapi, godaan buat balas dendam yang sulit dihindari mungkin saja bisa diperhalus. Bukan menyerang anak, melainkan memberi sindiran halus ke mantan. Hanya saja, cara yang dramatis ini jelas bertentangan dengan kode etik pendidik.
Etika Guru: Kenapa Harus Tetap Netral?
Dalam dunia pendidikan, guru memiliki tanggung jawab untuk berlaku adil pada semua murid. Apa pun masa lalu yang dimiliki dengan orang tua murid, nilai akademik harus murni mencerminkan kemampuan siswa.
Kalau sampai melenceng, dampaknya bukan hanya pada reputasi guru tapi juga kepercayaan murid terhadap sistem pendidikan itu sendiri bisa ikut tercoreng.
Mengajar anak mantan memang terdengar seperti skenario drama yang penuh bumbu cerita. Namun, pada kenyataannya, profesionalisme tetap harus jadi prioritas.
Meski peluang balas dendam bisa bikin senyum-senyum sendiri, guru sejati akan memilih memberi nilai sesuai prestasi dan bukan emosi. Drama boleh, tapi integritas tetap nomor satu.