Ragam
Kini Jadi Perempuan Tangguh, Soimah Sejak Kecil Ditempa Disiplin Level Dewa Oleh Ibunya
Di balik ketegaran Soimah, ada cerita masa kecil penuh disiplin dari sang ibu yang bikin karakternya terbentuk kuat.
Vania Rossa | Natasya Regina Melati

Dewiku.com - Di balik penampilannya yang selalu percaya diri, blak-blakan, dan penuh canda di depan kamera, Soimah Pancawati ternyata punya cerita masa kecil yang nggak kalah dramatis dari sinetron. Ketangguhannya di panggung hiburan bukan terbentuk dalam semalam. Sejak kecil, perempuan serba bisa ini sudah ditempa oleh didikan sang ibu yang terkenal punya disiplin ‘level dewa’.
Menurut Soimah, kesalahan sekecil apa pun bisa langsung berujung hukuman fisik. Salah satu momen yang paling diingat adalah ketika ia menanak nasi dan kena semprot gara-gara menjawab ucapan ibunya.
“Karena aku jawab. Ibuku paling enggak suka kalau anaknya jawab,” kenang Soimah, mengingat betul aturan rumah yang bikin dirinya harus belajar menahan ego.
Bukan hanya soal disiplin, sang ibu juga mendidik Soimah untuk berani dan nggak mudah ditipu orang. Pernah suatu kali, ia disuruh mengembalikan cabai yang busuk ke penjual sambil diajari untuk bicara tegas.
"Jangan mau dikasih lombok sing bosok, kowe ki iso ngomong ora?" tiru Soimah sambil tersenyum, yang artinya, “Jangan mau dikasih cabai busuk, kamu bisa bicara tidak?”
Meski diakui kadang bikin tertekan, Soimah justru merasa didikan itu yang membuatnya berani berpendapat, kritis, dan nggak takut menghadapi tantangan.
“Jadi aku berani ngomong, berani debat, biar enggak ditipu, itu dari situ,” ungkapnya.
Artis multitalenta ini bahkan sadar, kalau cara mendidik ibunya mungkin di zaman sekarang bisa menuai kontroversi.
“Mungkin kalau sekarang sudah masuk penjara. Bener!” candanya sambil tertawa.
Nah, melihat kesuksesan Soimah sekarang, pertanyaannya: Apakah didikan keras seperti itu masih relevan untuk parenting masa kini? Yuk, kita bahas plus minusnya, biar tahu sisi baiknya tanpa mengabaikan perkembangan zaman.
Baca Juga
Mpok Alpa Meninggal Dunia Karena Kanker, Selama Ini Tetap Menghibur Meski Sakit
Steak Unik Kolaborasi Chef Jepang, Disajikan dengan Nasi Hangat!
Nadine Chandrawinata dan Misi Serunya Membuat Laut Bersih Lewat Komunitas Seasoldier
Atrofi Itu Apa? Kenali Penyebab dan Gejala yang Bikin Otot Mengecil dan Tubuh Susah Gerak
Plagiasi di Dunia Fashion: Viral Tas Peggy Hartanto Dijiplak Brand Lokal
Pelajaran Tentang Memberi Anak Ruang untuk Memilih, Sienna Akhirnya Tinggal Sama Marshanda
Dampak Positif:
1. Kedisiplinan dan Kepatuhan
Anak yang dibesarkan dengan aturan ketat biasanya lebih patuh dan taat pada peraturan. Mereka terbiasa mengikuti jadwal, mematuhi instruksi, dan nggak gampang melanggar batas yang sudah ditetapkan. Cocok banget kalau kamu mau anak punya rutinitas yang rapi.
2. Kemandirian
Meski kesannya ironis, beberapa anak jadi mandiri karena terbiasa harus melakukan hal-hal sendiri misalnya makan, berpakaian, atau membereskan mainan, tanpa banyak bantuan. Semua itu karena rutinitas dan ekspektasi yang jelas dari orang tua.
3. Peningkatan Fokus dan Konsentrasi
Dengan aturan main yang jelas, anak cenderung punya fokus lebih tinggi saat mengerjakan sesuatu. Struktur yang ketat membuat mereka tahu kapan waktunya belajar, bermain, atau istirahat.
Dampak Negatif:
1. Rendahnya Kepercayaan Diri
Kurangnya kesempatan mengambil keputusan sendiri bisa bikin anak minder atau takut salah. Mereka terbiasa diarahkan terus-menerus, sehingga ragu saat harus menentukan pilihan.
2. Kesulitan Mengekspresikan Emosi
Karena takut dimarahi atau dihukum, anak cenderung memendam perasaan, terutama emosi negatif seperti marah, kecewa, atau sedih. Lama-lama, ini bisa bikin mereka sulit jujur soal apa yang mereka rasakan.
3. Hubungan yang Renggang dengan Orang Tua
Kalau semua serba aturan tanpa ruang untuk diskusi, anak bisa merasa kurang dekat dan nggak nyaman curhat ke orang tua. Hubungan jadi kaku dan terasa hanya sebatas “atasan–bawahan”.
4. Masalah Mental
Didikan keras yang berlebihan bisa memicu kecemasan, depresi, atau bahkan perilaku agresif. Anak mungkin tumbuh dengan rasa takut yang berlebihan atau justru memberontak di luar rumah.
5. Ketergantungan pada Orang Lain
Ironisnya, meski terkesan mandiri di beberapa hal, anak bisa jadi sangat bergantung saat dihadapkan pada keputusan penting. Mereka terbiasa diarahkan, sehingga bingung kalau harus memutuskan sendiri.
6. Kesulitan Beradaptasi
Terlalu terbiasa dengan rutinitas yang kaku bikin anak sulit menghadapi situasi tak terduga. Misalnya, saat pindah sekolah atau ikut kegiatan baru, mereka bisa merasa kewalahan.
Ingat, keras dan tegas itu beda, lho. Tegas berarti memberi batas dan aturan yang jelas, tapi tetap mendengarkan dan menghargai anak. Sementara keras cenderung memaksakan kehendak tanpa mempertimbangkan perasaan mereka.
Jadi, meski kamu penggemar gentle parenting, jangan takut untuk tegas saat dibutuhkan. Kombinasi hangat dan tegas justru bikin anak tumbuh kuat sekaligus bahagia.