Trending
Mantan Ibu Negara Minta Maaf di Tengah Badai Dugaan Korupsi: Tapi Bukan di Indonesia
Mantan Ibu Negara Korea Selatan, Kim Keon Hee, resmi jadi tersangka kasus korupsi. Ia minta maaf dan janji kooperatif dalam penyelidikan.
Vania Rossa | Ayu Ratna

Dewiku.com - Kasus hukum yang menjerat mantan Ibu Negara Korea Selatan, Kim Keon Hee, bikin heboh publik. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Korsel, seorang mantan ibu negara resmi berstatus tersangka dalam kasus kriminal.
Tuduhannya pun nggak main-main, mulai dari manipulasi saham, suap, intervensi politik, sampai penyembunyian barang mewah yang nggak dilaporkan.
Sejak awal 2025, Kim sudah jadi sorotan karena sederet kasus yang diselidiki tim jaksa khusus. Pemeriksaan ini bahkan mencakup 16 dugaan pelanggaran, termasuk perdagangan saham ilegal di periode 2009–2012 dan dugaan penerimaan hadiah mewah dari gereja Unifikasi demi melobi proyek di Kamboja.
Situasi ini bikin tekanan politik dan hukum di sekelilingnya makin besar, apalagi sang suami, mantan Presiden Yoon Suk Yeol, juga sedang diperiksa untuk kasus politik terpisah.
Puncaknya, pada 07/08/2025, tim penyidik mengajukan surat perintah penangkapan atas dugaan suap dan pelanggaran undang-undang pendanaan politik. Bagi publik Korsel, ini adalah babak baru yang cukup mengejutkan dalam dunia politik dan hukum negara mereka.
Bukti Dugaan Korupsi Kim Keon Hee
Dari hasil penyelidikan, ada beberapa poin bukti utama yang mengaitkan Kim Keon Hee dengan dugaan korupsi. Pertama, kasus manipulasi harga saham Deutsch Motors yang menghasilkan keuntungan ilegal sekitar 2,3 miliar won (setara ± Rp27,2 miliar). Walau akhirnya ia dibebaskan dari tuduhan langsung karena tak terbukti tahu soal manipulasi itu, kasusnya tetap jadi perhatian.
Kedua, penerimaan hadiah mewah berupa tas tangan Christian Dior dan barang lain dari seorang pendeta Korea-Amerika. Dugaan kuat, pemberian ini adalah bentuk suap untuk mendapatkan pengaruh politik. Meski ramai di media, jaksa memutuskan tidak melanjutkan tuntutan berdasarkan undang-undang anti-korupsi.
Ketiga, tuduhan pemalsuan data akademik. Kim diduga menggelembungkan riwayat hidup dan prestasi yang sebenarnya tidak dia miliki. Keempat, dugaan intervensi dalam pemilihan sela parlemen 2022, termasuk bocornya percakapan yang menunjukkan keterlibatannya dalam nominasi kandidat.
Selain itu, ada rekaman percakapan yang menunjukkan klaim Kim soal pengaruh besarnya terhadap sang suami, yang memperkuat dugaan penyalahgunaan kekuasaan. Semua ini jadi bahan pemeriksaan intensif tim kejaksaan khusus yang menangani kasusnya.
Baca Juga
Bukan Sound Horeg, Ini Orkestra di Hutan Pinus yang Bikin Jogja Makin Spesial
Prinsip Adele yang Menginspirasi: Musik Bukan untuk Mata, Tapi Telinga!
Netizen Heboh! Bakery Non-Halal di Canggu Banjir Pengunjung Berhijab: Nggak Baca Menu, Ya?
Premium Jawa Vibes! GKR Bendara Tunjukkan Tata Krama Makan yang Elegan
Penampilan Yuni Shara Bikin Melaney Ricardo Takjub, 41 Kg Itu Berat Badan atau Usia?
Baru Tahu Ada Sheet Mask Khusus Leher? Coba 3 Produk Korea Ini!
Permintaan Maaf Kim Keon Hee
Pada 06/08/2025, Kim Keon Hee akhirnya buka suara. Di hadapan media, sebelum masuk ke kantor kejaksaan, ia menyampaikan permintaan maaf kepada publik. “Sebagai orang yang bukan siapa-siapa, saya menyesal telah menimbulkan masalah dan kekhawatiran di masyarakat,” ujarnya.
Pernyataan ini memang terkesan hati-hati. Kim nggak langsung menjawab tuduhan satu per satu, tapi menegaskan siap bekerja sama penuh dalam proses penyelidikan. Sikap ini seolah jadi upaya untuk meredam kemarahan publik sekaligus memberi kesan bahwa ia bersedia bertanggung jawab.
Permintaan maaf tersebut juga menggambarkan besarnya tekanan yang ia hadapi. Kasus yang menjeratnya bukan hanya soal hukum, tapi juga reputasi politik, mengingat ia adalah istri mantan presiden. Bagi banyak warga Korsel, momen ini jadi gambaran nyata bahwa hukum bisa menjerat siapa saja, bahkan figur publik sekelas mantan ibu negara.
Kasus Kim Keon Hee bukan sekadar drama politik, tapi juga jadi catatan sejarah baru di Korea Selatan. Dari dugaan manipulasi saham, penerimaan hadiah mewah, pemalsuan data akademik, hingga pengaruh politik, semua tuduhan ini membentuk gambaran rumit soal kekuasaan dan integritas.
Permintaan maafnya mungkin bisa meredakan sedikit tensi, tapi proses hukum masih panjang dan publik jelas menanti bagaimana akhir cerita ini.