Trending
Tak Nyaman tapi Bertahan: Fenomena Job Hugging di Kalangan Gen Z dan Cara Mengatasinya
Fenomena job hugging bikin banyak Gen Z bertahan di pekerjaan yang bikin stres. Cari tahu tips biar tetap berkembang, upgrade skill, dan tetap semangat meski kerjaan nggak ideal.
Vania Rossa

Dewiku.com - Di era kerja modern, banyak Gen Z yang diam-diam merasa tidak bahagia dengan pekerjaannya, tapi tetap bertahan karena berbagai alasan. Fenomena ini dikenal dengan istilah “job hugging” – bertahan di pekerjaan yang bikin stres atau membosankan, hanya karena takut kehilangan sumber penghasilan atau kesulitan mencari yang baru.
Fenomena ini bukan tanpa sebab. Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat ada 42.385 pekerja terkena PHK sepanjang Januari–Juni 2025, naik 32% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tekanan ekonomi dan ketidakpastian pasar kerja membuat banyak orang memilih aman, walau harus menahan rasa tidak nyaman.
Bahkan di Amerika Serikat, fenomena serupa juga terjadi sejak perlambatan rekrutmen pasca Juni 2020. Jadi, kalau kamu merasa stuck di pekerjaan sekarang, kamu tidak sendirian. Tapi, bertahan di job yang tidak bikin bahagia bukan berarti kamu tidak bisa berkembang. Ada beberapa cara untuk membuat pekerjaan terasa lebih meaningful tanpa harus buru-buru resign:
1. Temukan Hal yang Membuat Kamu Betah
Cari sisi positif dari pekerjaanmu, sekecil apa pun itu. Mungkin kamu suka brainstorming ide, atau senang saat melihat hasil kerjamu diakui. Fokus pada hal-hal yang bikin kamu merasa “ini worth it” bisa membantu mengurangi rasa jenuh.
Kalau merasa job desk terlalu monoton, coba bicarakan dengan atasan untuk menambahkan variasi tugas atau ambil proyek baru yang menantang.
2. Bangun Relasi yang Berkualitas
Punya support system di kantor bisa membuat suasana kerja lebih ringan. Coba pererat hubungan dengan rekan kerja, ikut ngobrol santai di pantry, atau bahkan cari mentor yang bisa memberi perspektif baru. Networking ini juga bisa membuka peluang karier ke depannya.
3. Upgrade Skill Diri
Job hugging bisa jadi momen tepat untuk mengasah kemampuan. Ikuti pelatihan online, belajar skill baru, atau perdalam yang sudah ada. Dengan begitu, kamu tetap berkembang dan siap kalau nanti ada kesempatan promosi — atau bahkan tawaran kerja di tempat lain.
Baca Juga
Ida Yuliadi, Istri Menteri yang Tetap Lowkey Meski Hidup Serba Ada
4 Tahun Studio Tui! Hadirkan 60 Koleksi Fashion Terinspirasi Perempuan Beragam
Albania Resmi Mengangkat Menteri Antikorupsi Pertama dengan Berbasis AI: Temuan atau Masalah Baru?
Cewek Gen Z Sepakat: Ghosting Lebih Nyakitin Daripada Silent Treatment!
Di Balik Isu Rumah Tangga Larissa Chou: Yuk Pahami Lebih Dalam Makna Nafkah dalam Pernikahan
Bedanya Curhat ke Pacar vs Suami: Siapa Paling Jago Jadi Pendengar?
Menurut pakar karier, sulit untuk merasa bahagia jika kamu merasa stagnant. Jadi, mengorganisir ulang prioritas kerja dan memperbanyak aktivitas yang kamu nikmati bisa jadi solusi.
4. Buat Tantangan untuk Diri Sendiri
Jangan biarkan pekerjaan jadi terlalu autopilot. Coba ambil tanggung jawab baru, kerjakan side project, atau tetapkan goal pribadi seperti meningkatkan produktivitas. Kalau kantor tidak memberi ruang untuk itu, kamu bisa ikut kelas online, membaca buku, atau membuat portofolio karya di luar pekerjaan utama.
Hasilnya, kamu tetap punya sense of progress — yang bisa menjaga semangat dan membuatmu lebih siap jika nanti memutuskan untuk benar-benar move on.
Fenomena job hugging memang bisa bikin terjebak di zona nyaman yang tidak benar-benar nyaman. Tapi dengan sedikit strategi, kamu bisa menjadikannya momen untuk upgrade diri, memperluas jaringan, dan mempersiapkan jalan menuju karier yang lebih sesuai dengan passion.
(Himayatul Azizah)
- TAGS:
- # job hugging
- # pekerjaan
- # gen z