Ragam

Perimenopause: Perjalanan Alami Setiap Perempuan yang Perlu Dipahami

Fase ini merupakan bagian alami dari proses penuaan, tetapi banyak perempuan yang belum sepenuhnya menyadari tanda-tanda maupun cara menghadapinya.

Vania Rossa

Ilustrasi perempuan mengalami perimenopause. (Freepik/pikisuperstar)
Ilustrasi perempuan mengalami perimenopause. (Freepik/pikisuperstar)

Dewiku.com - Memasuki usia 40, perempuan akan menghadapi berbagai perubahan yang tidak hanya bersifat fisik tetapi juga emosional. 

Salah satu fase yang sering kali datang tanpa disadari adalah perimenopause, masa transisi sebelum menopause yang kerap diabaikan atau kurang dipahami.

Fase ini merupakan bagian alami dari proses penuaan, tetapi banyak perempuan yang belum sepenuhnya menyadari tanda-tanda maupun cara menghadapinya. 

Padahal, pemahaman yang baik tentang perimenopause dapat membantu perempuan menjalani masa ini dengan lebih nyaman dan tetap menjaga kualitas hidup.

Dr. Selly Anggreani, dokter kandungan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Buah Hati Pamulang, menjelaskan bahwa perimenopause merupakan fase sebelum menopause.  

“Perimenopause ini merupakan fase sebelum menopause, fase ini ditandai dengan perubahan kadar hormon terutama estrogen dan progesteron, dalam tubuh perempuan,” ungkap  dr. Selly  Anggraeni pada Dewiku, Kamis (27/2).

Dr. Selly menjelaskan bahwa menopause sendiri terjadi ketika seorang perempuan tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut, yang umumnya terjadi di sekitar usia 50 tahun. 

Namun, sebelum mencapai fase tersebut, perempuan akan mengalami perimenopause, yang dapat dimulai lebih awal, biasanya pada akhir usia 30-an atau awal 40-an. Periode ini berlangsung selama beberapa tahun dengan durasi yang bervariasi pada setiap individu.

“Biasanya perempuan di umur 30-an atau awal 40-an, dapat mengalami perimenopause lebih awal tergantung hormon dan kondisi kesehatan perempuan tersebut,” lanjutnya. 

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), rata-rata usia menopause adalah 51 tahun, sehingga sebagian besar perempuan akan mengalami perimenopause saat memasuki usia 40-an. 

Selain itu, faktor-faktor tertentu dapat mempengaruhi kapan fase ini dimulai, termasuk riwayat keluarga, kondisi kesehatan, serta gaya hidup. 

Misalnya, perempuan yang memiliki keluarga dengan riwayat menopause dini atau yang merokok cenderung mengalami perimenopause lebih cepat.

“Gejala umumnya, menstruasi tidak teratur, di mana siklus bisa menjadi lebih pendek atau lebih panjang, serta volume darah menstruasi yang lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya,” ujarnya

Lebih lanjut, perubahan mood juga kerap dialami, seperti mudah marah, cemas, atau merasa depresi akibat fluktuasi hormon yang memengaruhi kestabilan emosi. 

Gangguan tidur, seperti sulit tidur atau sering terbangun di malam hari, juga menjadi keluhan yang sering terjadi, terutama akibat keringat malam. 

Beberapa perempuan juga mengalami penurunan libido, yang ditandai dengan berkurangnya hasrat seksual dan kekeringan vagina, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan saat berhubungan intim. 

Selain itu, perubahan metabolisme tubuh selama perimenopause menyebabkan kenaikan berat badan, terutama dengan bertambahnya lemak di area perut. 

Perubahan juga terjadi pada kulit dan rambut, di mana kulit menjadi lebih kering dan kurang elastis, sementara rambut dapat menipis atau mengalami kerontokan.

“Menghadapi perimenopause dengan baik membutuhkan kombinasi antara perubahan gaya hidup, dukungan medis, serta perhatian terhadap kesehatan mental dan emosional,” tutur dr. Selly. 

Salah satu langkah utama yang dapat dilakukan adalah menjaga pola makan sehat, dengan mengonsumsi makanan tinggi kalsium dan vitamin D untuk kesehatan tulang, serta memperbanyak asupan serat dari sayur, buah, dan biji-bijian. 

Selain itu, berolahraga secara teratur juga penting, seperti melakukan yoga, berenang, atau berjalan kaki yang dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas tidur. 

(Humaira Ratu)

Berita Terkait

Berita Terkini