Ragam
Intergenerational Trauma: Jejak Luka Orang Tua dalam Kehidupan Generasi Selanjutnya
Bagaimana luka orang tua bisa berpengaruh kepada anak-anaknya?
Vania Rossa

Dewiku.com - Trauma tidak selalu dialami secara langsung. Terkadang, luka masa lalu orang tua atau kakek nenek kita dapat meninggalkan jejak yang memengaruhi kehidupan kita saat ini. Inilah yang disebut dengan trauma antargenerasi, fenomena di mana pengalaman traumatis diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Bila kamu pernah merasa cemas atau takut berlebihan tanpa tahu alasannya, ya, bisa jadi itulah dampak dari trauma yang diwariskan dari generasi sebelum kamu.
Baca Juga
Dukungan Keluarga, Harapan Bagi Masa Depan Anak yang Berhadapan dengan Hukum
Balik Tren FOMO Jadi JOMO: Menikmati Hidup Tanpa Takut Ketinggalan Tren
Gemasnya Carmen Hearts2Hearts Lakukan 'Bow' Khas Orang Indonesia di Panggung Korea
Radiance Ramadan: Taste of Paradise, Petualangan Cita Rasa di BWH Hotels Indonesia
Efek Domino Begadang Mengintai Diam-Diam: Penuaan Dini Hingga Ancaman Kesehatan Mental
Self-Sabotage: Saat Diri Sendiri Jadi Penghambat Kesuksesan
Menurut Psychology Today, trauma lintas generasi atau intergenerational trauma adalah kondisi di mana pengalaman buruk yang dialami orang tua atau kakek nenek memengaruhi anak dan cucu mereka.
Bagaimana Trauma Bisa Diteruskan ke Anak?
Ketika seseorang mengalami kejadian traumatis seperti kekerasan, kehilangan orang tersayang, atau peristiwa besar seperti perang dan bencana, pengalaman itu bisa mengubah cara mereka berpikir dan berperilaku.
Misalnya, seseorang yang pernah mengalami kekerasan di masa kecil mungkin menjadi orang tua yang sulit mengekspresikan kasih sayang atau lebih cemas terhadap keselamatan anak-anak mereka. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini bisa menyerap rasa takut atau stres tersebut dan membawanya ke kehidupan mereka.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa perubahan akibat trauma bisa memengaruhi ekspresi gen seseorang, yang mungkin bisa diteruskan ke keturunannya. Meskipun penelitian ini masih terus berkembang, banyak bukti menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua yang mengalami trauma besar lebih rentan mengalami kecemasan dan depresi.
Apakah Trauma Selalu Harus Diturunkan?
Kabar baiknya, tidak semua trauma harus diwariskan. Cara seseorang menghadapi trauma sangat berpengaruh pada apakah dampaknya akan diteruskan atau tidak.
Orang tua yang terbuka menceritakan pengalaman mereka dengan cara yang sehat cenderung lebih kecil kemungkinannya untuk meneruskan dampak negatif trauma. Sebaliknya, jika trauma disembunyikan dan hanya muncul dalam bentuk kecemasan atau pola asuh yang keras, maka anak-anak lebih mungkin mengalami efeknya.
Selain itu, membangun ketahanan (resilience) juga bisa membantu menghentikan trauma lintas generasi. Anak-anak yang dibesarkan dengan kasih sayang, dukungan emosional, dan pemahaman tentang bagaimana menghadapi masalah akan lebih kuat dalam menghadapi tantangan hidup.
Bagaimana Cara Menghentikan Siklus Trauma?
Jika kamu merasa ada trauma yang diwariskan dalam keluargamu, ada beberapa cara untuk menghentikan siklusnya:
1. Menyadari pola trauma
Perhatikan apakah ada pola dalam keluargamu, misalnya kecemasan berlebihan, pola asuh keras, atau kesulitan mengekspresikan emosi.
2. Mencari bantuan atau terapi
Terapi bisa membantu memahami dan mengatasi trauma. Berbicara dengan profesional dapat membantumu memproses pengalaman masa lalu dengan cara yang lebih sehat.
3. Membesarkan anak dengan pola asuh yang lebih baik
Jika kamu sudah mengetahui dampak trauma, kamu bisa berusaha memberikan pola asuh yang lebih penuh kasih sayang dan terbuka terhadap anak-anakmu di masa depan.
4. Mengubah cara pandang terhadap masa lalu
Daripada melihat trauma sebagai beban, cobalah melihatnya sebagai kisah ketahanan dan pelajaran hidup yang bisa membantumu tumbuh lebih kuat.
Trauma lintas generasi bukanlah sesuatu yang tidak bisa diubah. Dengan kesadaran, dukungan, dan usaha untuk menghadapi masa lalu dengan lebih baik, kita bisa menghentikan siklus trauma dan membangun masa depan yang lebih sehat bagi diri sendiri serta generasi berikutnya.
Jika kamu merasa memiliki pengalaman seperti ini, jangan ragu untuk mencari bantuan atau berbicara dengan orang yang bisa dipercaya. Mengatasi trauma bukan hanya untuk dirimu sendiri, tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik!
(Nurul Lutfia)
- TAGS:
- # trauma
- # orang tua
- # parenting