Ragam

Kerja Sampingan ala Gen Z, Dari Freelance Sampai Jualan Thrift: Beneran Cuan?

Side hustle atau kerja sampingan jadi gaya hidup wajib Gen Z. Tapi benarkah freelance, jualan thrift, sampai bisnis kecil-kecilan bikin dompet tebal atau malah bikin burnout? Cari tahu caranya biar cuan beneran ngalir tanpa drama di sini!

Vania Rossa

Ilustrasi Gen Z dan kerja sampingan. (Freepik)
Ilustrasi Gen Z dan kerja sampingan. (Freepik)

Dewiku.com - Di era media sosial dan TikTok yang serba cepat ini, side hustle alias kerjaan sampingan udah bukan cuma pilihan, tapi gaya hidup wajib buat banyak Gen Z di Indonesia.

Mulai dari freelance desain, copywriting, sampai jualan baju thrift via Shopee atau Instagram, semua dicoba demi satu tujuan: nambah cuan!

Tapi pertanyaannya, benarkah semua side hustle ini bikin rekening bengkak? Atau jangan-jangan cuma bikin capek hati dan pikiran karena kerja 24/7 tanpa jeda?

Kenapa Gen Z Demen Banget Side Hustle?

Menurut laporan Deloitte Global 2024, 62% Gen Z di Asia Pasifik — termasuk Indonesia — mengaku lebih percaya diri punya beberapa sumber penghasilan ketimbang mengandalkan gaji tetap saja.

Bukan tanpa alasan, biaya hidup naik terus, sementara UMR kadang nggak cukup buat nabung atau liburan impian.

Makanya, banyak dari mereka cari sampingan dari:

  • Freelance (desain, content writing, voice over)
  • Jualan barang thrift atau preloved
  • Bisnis dropship atau reseller
  • Ngonten di TikTok atau jadi affiliate marketer
  • Buka jasa kecil-kecilan kayak custom hampers, makeup artist, atau jastip luar negeri

“Gue awalnya coba jualan preloved karena lemari udah nggak muat. Eh ternyata dari situ malah laku terus, akhirnya nyetok barang thrift dari supplier,” cerita Dilla (23), mahasiswi sekaligus reseller baju vintage di Bandung.

Dari modal iseng, sekarang dia bisa dapat tambahan Rp2-3 juta tiap bulan.

Beneran Cuan Ngalir atau Malah Burnout?

Sayangnya, tidak semua side hustle sukses bikin tenang finansial. Tak jarang, kesibukan ini justru jadi sumber stres baru.

“Kalau nggak diatur, side hustle malah nguras waktu istirahat. Gue sempat ngerasa burnout karena kerja full time, terus malemnya harus packing orderan,” ungkap Intan (25), pekerja kantoran yang sempat jualan snack Korea via online.

Fenomena ini dikenal sebagai "productive trap" alias jebakan produktivitas, di mana Gen Z cenderung merasa harus selalu sibuk biar dianggap keren atau sukses, padahal keseimbangan hidup tetap penting.

Nah, kalau kamu mau side hustle yang sehat—secara mental dan finansial — coba cek beberapa tips pentingnya:

1. Pilih Side Hustle Sesuai Passion & Skill

Jangan ikut-ikutan orang lain. Kalau nggak suka desain, ya jangan maksa freelance poster. Makin enjoy kerjanya, makin minim stres.

2. Tentukan Target Finansial Jelas

Mau tambahan Rp1 juta sebulan buat nabung, atau sekadar uang jajan Netflix? Beda target, beda effort. Jangan sampai waktumu habis buat cuan kecil padahal kebutuhanmu besar.

3. Atur Jam Kerja & Istirahat

Bikin jadwal tegas: misalnya malam cuma cek orderan 1 jam, sisanya me-time. Badan dan mental butuh recharge juga, lho.

4. Manfaatkan Platform Digital

Manfaatkan e-commerce biar marketmu lebih luas. Tools kayak Canva, CapCut, atau Notion bisa bantu kerja lebih efisien.

5. Berani Stop Kalau Nggak Worth It

Kalau kerja sampiganmu sudah nggak sebanding antara waktu, tenaga, dan duitnya, jangan ragu buat cut off. Lebih baik fokus ke hal yang ngasih hasil lebih besar.

Intinya, side hustle bisa banget jadi jalan Gen Z buat lebih mandiri secara finansial, asal nggak kebablasan jadi budak produktivitas.

Dan intinya, pilih kerjaan sampingan yang bikin kamu semangat, bukan makin lelah. Ingat, uang bisa dicari, tapi kesehatan mental tetap nomor satu!

 

Berita Terkait

Berita Terkini