Ragam

Patah Hati? Saatnya Launching Versi Diri yang Lebih Glowing

Patah hati bukan akhir dunia. Saatnya bangkit, rebranding diri, dan launching versi baru yang lebih glowingdari gaya sampai mental.

Vania Rossa

Ilustrasi perempuan patah hati. (Freepik)
Ilustrasi perempuan patah hati. (Freepik)

Dewiku.com - Dulu, perempuan patah hati mungkin identik dengan drama: tangisan berhari-hari, playlist galau non-stop, atau stalking mantan diam-diam.

Tapi sekarang? Nggak zaman lagi. Buat cewek-cewek Gen Z, putus cinta justru jadi momen upgrade diri—launching versi terbaru yang lebih glowing, lebih keren, dan tentu saja lebih bahagia (meski tanpa dia).

Entah itu ganti gaya rambut, update OOTD, sampai nyemplung ke hobi baru yang dulu nggak sempat dilirik.

Fase rebranding ini jadi ajang pembuktian: cewek kuat bukan yang tahan disakiti, tapi yang bisa bangkit sambil tetap kelihatan keren.

Ya, di tengah rasa kehilangan dan luka emosional, banyak perempuan memilih untuk bangkit dengan cara yang unik: melakukan rebranding diri.

Gaya baru, jiwa baru, seolah menjadi mantra yang mengiringi fase penyembuhan pasca-patah hati.

Menurut psikolog dari Universitas Indonesia, Dr. Intan Sari, rebranding setelah patah hati bisa menjadi mekanisme adaptif yang sehat.

“Ketika seseorang mengalami kehilangan emosional, dia butuh cara untuk merasa berdaya kembali. Mengubah penampilan atau gaya hidup bisa memberi rasa kontrol, sekaligus menjadi simbol awal yang baru” jelasnya.

Langkah-langkah ini bisa menciptakan ilusi positif bahwa hidup masih bisa diatur ulang, dan luka bisa diubah menjadi kekuatan.

Bagi banyak cewek, fase ini bukan tentang membuat mantan menyesal, tapi tentang menemukan versi diri yang sempat hilang dalam hubungan.

Mereka mulai lebih jujur dengan apa yang mereka inginkan, mengejar mimpi yang sempat ditunda, dan lebih berani mengekspresikan diri.

Media sosial pun jadi panggung ekspresi: unggahan dengan caption healing, gaya outfit yang lebih berani, dan aktivitas baru yang menunjukkan bahwa hidup terus berjalan bahkan lebih hidup dari sebelumnya.

Namun, penting juga untuk diingat bahwa rebranding bukan berarti menutupi luka.

“Proses menyembuhkan hati tetap perlu waktu dan refleksi emosional. Mengubah penampilan bisa membantu, tapi tidak menggantikan proses internal yang lebih dalam,” tambah Dr. Intan.

Artinya, perubahan luar akan lebih bermakna jika sejalan dengan pemulihan batin.

Fase rebranding ini menjadi semacam ritual modern bagi cewek masa kini untuk merayakan keberanian mereka dalam melewati luka.

Ini bukan tentang jadi orang baru yang jauh dari masa lalu, tapi menjadi diri sendiri yang lebih sadar, lebih kuat, dan lebih penuh warna.

Gaya baru hanyalah permulaan, karena di baliknya ada jiwa yang sedang tumbuh, belajar mencintai dirinya lagi sepenuhnya.

(Imelda Rosalina)

Berita Terkait

Berita Terkini

trending

Gowok: Saat Perempuan Tak Cuma Pasrah di Atas Ranjang

Film Gowok bukan sekadar memamerkan sensualitas, melainkan menyimpan pesan soal perlawanan perempuan atas tubuh, suara, dan ruang yang lama direbut sistem patriarki. Bagaimana perempuan menjadi pelatih di dunia laki-laki?