Ragam

Gaji UMR Tapi Outfit Hermes: Fenomena Gaya Mewah di Tengah Tekanan Media Sosial

Fenomena "gaji UMR tapi outfit Herms" makin marak di media sosial. Simak kenapa gaya hidup mewah dipaksakan bisa berbahaya bagi keuangan dan kesehatan mental.

Vania Rossa | Ayu Ratna

Ilustrasi Flexing (pexels)
Ilustrasi Flexing (pexels)

Dewiku.com - Di tengah kondisi ekonomi yang makin nggak pasti, muncul fenomena menarik (dan bikin geleng-geleng): gaji pas-pasan tapi gaya hidupnya seperti sultan. Kalimat “Katanya gaji UMR tapi outfit-nya Hermès?” jadi sindiran khas netizen buat mereka yang tampil mewah di media sosial, padahal pendapatannya nggak seberapa.

Barang branded, liburan fancy, lifestyle ala selebgram, semua tampak sempurna di Instagram, walau di balik layar bisa jadi sedang menanggung cicilan di mana-mana.

Fenomena ini dikenal sebagai flexing, alias pamer gaya hidup mewah, yang kini makin lumrah terutama di kalangan anak muda.

Media sosial jadi panggung utama untuk unjuk status, dan sayangnya, status itu sekarang lebih sering dinilai dari tas yang dipakai atau mobil yang dikendarai, bukan dari prestasi atau pencapaian. Gaya hidup glamor seakan jadi ‘kewajiban sosial’ walau isi rekening sering nggak sejalan.

Tekanan Sosial dan Budaya Flexing di Media Sosial

Media sosial punya peran besar dalam membentuk budaya flexing ini. Like, share, dan followers jadi “mata uang” baru buat mengukur nilai diri seseorang.

Jadi jangan heran kalau banyak orang berlomba tampil sempurna, bahkan rela berutang demi sekedar terlihat keren di story. Impulsif, FOMO (Fear of Missing Out), dan haus validasi sosial jadi alasan utama kenapa flexing makin jadi-jadi.

Kebiasaan pamer ini nggak cuma soal narsis semata, tapi juga bagian dari conspicuous consumption, yaitu konsumsi demi terlihat ‘naik kelas’.

Misalnya beli iPhone terbaru padahal masih nyicil motor, atau pakai skincare jutaan padahal uang makan harus ditekan. Apalagi budaya konsumtif makin kuat lewat konten-konten hedon yang viral dan dianggap aspiratif.

Masalahnya, gaji rata-rata pekerja Indonesia masih di angka Rp3 jutaan. Tapi gaya hidup dan standar “sukses” yang dijual di media sosial jauh di atas itu.

Tekanan untuk ‘menyesuaikan’ diri dengan standar ini akhirnya mendorong banyak orang buat hidup mewah di luar kemampuan, bahkan memaksakan diri dengan utang atau mengorbankan kebutuhan pokok.

Dampak dan Risiko Gaya Hidup Mewah yang Dipaksakan

Fenomena “gaji UMR tapi outfit Hermès” nggak cuma lucu buat dijadikan meme, tapi sebenarnya punya dampak serius. Salah satunya adalah tekanan finansial.

Banyak orang yang akhirnya terjebak dalam utang konsumtif karena pengeluaran nggak seimbang dengan pemasukan. Semua demi mempertahankan citra sosial yang sebenarnya semu.

Selain itu, flexing juga bikin tekanan psikologis makin tinggi. Banyak orang merasa rendah diri dan nggak cukup layak karena membandingkan hidup mereka dengan pencitraan orang lain. Padahal, yang ditampilkan di media sosial seringkali cuma highlight dan bukan realita.

Di level sosial, fenomena ini makin memperlebar jurang ketimpangan. Flexing memperlihatkan gaya hidup yang hanya bisa dinikmati segelintir orang, tapi dipromosikan seolah bisa dicapai siapa pun. Ini menimbulkan rasa iri, kecewa, dan bahkan mendorong sikap apatis atau marah terhadap ketidakadilan sosial.

Yang lebih parah, flexing kadang juga melibatkan pihak-pihak yang seharusnya memberi teladan. Misalnya, kasus anak pejabat yang pamer tas Hermès padahal gaji ayahnya nggak masuk akal untuk beli barang mewah seperti itu. Akibatnya, publik makin geram dan krisis kepercayaan terhadap pejabat publik pun makin dalam.

Fenomena “gaji UMR tapi outfit Hermès” bukan cuma soal gaya hidup, tapi juga soal tekanan sosial, ketimpangan ekonomi, dan krisis nilai. Media sosial seakan memaksa orang untuk tampil sempurna dan mewah, meski realita berkata sebaliknya.

Yang paling penting, kita perlu sadar bahwa hidup bukan ajang pamer. Lebih baik jujur sama kondisi, bijak dalam keuangan, dan fokus jadi versi terbaik diri sendiri, daripada terus mengejar validasi semu di dunia maya.

Berita Terkait

Berita Terkini