Ragam
Insting Ibu Maia Estianty yang Dulu Diabaikan, Kini Jadi Pelajaran Buat Banyak Perempuan
Ibunda Maia Estianty, Kusthini, mengaku sudah ada firasat dan sempat tak setuju ketika putrinya menikah dengan Ahmad Dhani. Benarkah insting seorang ibu nggak pernah meleset?
Vania Rossa | Natasya Regina Melati

Dewiku.com - Nama Maia Estianty belakangan kembali jadi sorotan. Bukan cuma karena momen bahagia pernikahan sang putra, Al Ghazali, tapi juga karena cuplikan video lawas yang kembali mencuat ke publik. Dalam video itu, terungkap cerita menyentuh soal firasat sang ibu yang dulu sempat tak setuju putrinya menikah dengan Ahmad Dhani.
Ibunda Maia, Kusthini, bahkan sempat marah dan mengaku sudah ada firasat nggak enak sejak awal. Meski saat itu sulit untuk didengar, kini Maia pun akhirnya menyadari dan meminta maaf.
Baca Juga
Refleksi Lewat Film Straw: Ketika Ibu Tunggal Tak Punya Ruang untuk Rapuh
Bukan Sekadar Skincare-an, Ini Dia Ritual Cewek Sebelum Tidur yang Dianggap Ribet Sama Cowok
Parenting Seleb: Didikan Tegas ala Nia Ramadhani vs Lembut ala Jessica Iskandar
Parenting Antidrama: Aishah Dahlan Ungkap Cara Kerja Otak Emosi Agar Orang Tua Tetap Tenang!
Pacar Bukan Satpam! Kenapa Kamu Wajib Punya Batasan Biar Gak Toksik
Sang ibu mengatakan bahwa kadang, anak baru bisa sadar kalau sudah mengalami sendiri, dan kadang hanya Tuhan yang bisa mengetuk hati anak.
Nah, kamu pernah juga nggak sih ngalamin situasi serupa? Dinasihatin ibu tapi merasa nggak yakin, lalu akhirnya sadar bahwa apa yang dikatakan ibu itu ternyata benar? Kok bisa ya insting seorang ibu hampir nggak pernah meleset? Yuk, kita bahas bareng-bareng.
Apa Itu Naluri Keibuan? Beneran Ada, atau Cuma Mitos?
Pernah dengar istilah “naluri keibuan” dan merasa itu jadi standar wajib buat semua perempuan? Katanya, begitu jadi ibu, kita otomatis tahu gimana caranya merawat anak, menyusui, atau bahkan mengenali arti tangisan bayi. Tapi, bener nggak sih?
Melansir dari Healthline, menurut Dr. Catherine Monk, psikolog dari Columbia University, yang namanya "naluri" itu harusnya sesuatu yang alami, otomatis, dan muncul sebagai respons terhadap situasi tertentu.
Tapi faktanya, nggak semua ibu langsung ngerasa “klik” atau tahu apa yang harus dilakukan sejak hari pertama jadi orang tua. Justru, banyak yang belajar sambil jalan, dari trial error, pengamatan, bahkan nanya sana-sini.
Belajar Jadi Ibu Nggak Instan
Mungkin kamu pernah merasa minder atau ngerasa gagal karena nggak langsung bisa bonding sama bayi setelah lahiran. Padahal menurut studi tahun 2018, rasa sayang yang mendalam ke bayi itu bisa muncul beberapa hari atau minggu setelah melahirkan. Jadi kalau kamu butuh waktu, itu wajar banget.
Banyak perempuan ngerasa bersalah karena ekspektasi sosial terlalu tinggi, seolah semua harus langsung ‘klik’ dan sempurna. Padahal kenyataannya, jadi ibu itu proses, bukan hasil instan.
Bukan Hanya Ibu, Semua Orang Bisa Punya “Naluri Peduli”
Penelitian juga menunjukkan bahwa ayah dan orang tua asuh sama-sama bisa punya ikatan emosional yang kuat dengan bayi mereka. Bahkan kadar hormon seperti oksitosin dan dopamin juga meningkat ketika mereka mengasuh, lho. Jadi ini bukan soal siapa yang melahirkan, tapi soal kedekatan, perhatian, dan waktu yang dihabiskan bareng anak.
Menurut Dr. Monk, apa yang sering kita sebut "naluri keibuan" itu sebenarnya lebih cocok disebut “naluri kepedulian.” Karena semua orang bisa punya: guru, pelatih, kakak, atau siapapun yang tulus peduli dan terhubung dengan anak-anak.
Banyak Hal Itu Dipelajari, Bukan Ditanamkan Sejak Lahir
Dana Dorfman, psikoterapis, juga bilang bahwa kemampuan seorang ibu mengerti kebutuhan bayinya lebih karena pengalaman, bukan karena ada 'superpower' sejak lahir. Contohnya, menyusui, mengganti popok, atau memberi makan itu bukan bakat bawaan, tapi keterampilan yang dipelajari dari waktu ke waktu.
Menjadi orang tua mengubah struktur kimia di otak, dan itu berlaku baik untuk ibu, ayah, maupun orang tua asuh. Jadi siapapun yang punya ikatan kuat dengan anak bisa tumbuh jadi sosok pengasuh yang peka dan penuh kasih sayang.
Saatnya Hilangkan Tekanan Sosial dan Ekspektasi
Terus, dari mana sih konsep naluri keibuan ini muncul? Dalam ilmu psikologi, ada yang namanya "naluri" dan "dorongan". Naluri itu lebih ke reaksi otomatis dan kaku seperti hewan, sementara manusia itu fleksibel banget. Kita punya banyak pilihan, bisa adaptasi, dan bisa belajar.
Makanya, kata Monk, mengasuh anak itu bukan perkara insting aja, tapi lebih pada kemampuan belajar, membangun koneksi, dan menciptakan pengalaman bersama. Dan ini berlaku untuk semua orang tua, baik ibu maupun ayah.
Jadi, Gimana Kesimpulannya?
Mitos soal naluri keibuan bisa bikin banyak ibu merasa tertekan, bahkan berkontribusi pada rasa bersalah atau depresi pasca melahirkan. Mereka merasa ada yang salah dengan diri mereka kalau nggak langsung tahu atau merasa cinta secara instan ke bayinya. Padahal, semua butuh waktu, proses, dan support.
Yang terpenting adalah menyadari bahwa ngasuh anak itu nggak ada buku panduan mutlaknya. Semua ibu belajar pelan-pelan, sesuai ritme dan dinamika masing-masing. Jadi, kalau kamu merasa belum sempurna atau masih sering bingung, itu wajar.
Karena jadi ibu itu bukan soal insting aja, tapi soal komitmen dan cinta yang terus dibangun tiap hari. Jadi intinya insting ibu itu gak selalu akurat ya, semua itu dorongan rasa was-was demi sang anak.