Ragam

Biar Anak Gen Alpha Berani Hadapi Dunia, Orang Tua Harus Tunjukkan 4 Sikap Ini!

Anak Gen Alpha butuh pendekatan parenting yang berbeda. Supaya mereka tumbuh sukses dan berani gagal, orang tua perlu hadir dengan 4 sikap penting yang mendukung pertumbuhan mental dan emosionalnya.

Vania Rossa | Estika Kusumaningtyas

Ilustrasi interaksi orang tua dan anak (Pexels.com/Annushka Ahuja)
Ilustrasi interaksi orang tua dan anak (Pexels.com/Annushka Ahuja)

Dewiku.com - Anak-anak generasi Alpha—mereka yang lahir di era digital serba cepat, penuh distraksi, dan kompetisi global—tumbuh dengan tantangan yang jauh berbeda dari orang tuanya. Di balik kemudahan teknologi, ada tekanan besar untuk jadi serba bisa, serba cepat, dan serba hebat.

Nah, di sinilah peran orang tua jadi kunci. Kalau ingin anak Gen Alpha tumbuh sukses, tahan banting, dan nggak takut gagal, orang tua zaman sekarang perlu upgrade cara mendidik. Bukan dengan kontrol berlebihan, tapi lewat 4 sikap ini yang bisa bikin anak merasa didukung, bukan ditekan.

1. Tunjukkan Rasa Bangga pada Anak

Pada dasarnya, nggak ada orang tua yang nggak bangga sama anaknya. Bahkan sejak baru lahir pun orang tua sudah membanggakan anaknya di hadapan orang. Namun, rasa bangga ini harus ditunjukkan secara nyata agar anak paham.

Terutama saat dia sedang berjuang meraih tujuannya dan proses yang dilalui nggak sesuai harapan. Pastikan kamu menjadi orang tua yang menyampaikan kebanggaan pada usahanya terlebih dulu alih-alih fokus pada hasil.

Sampaikan kalimat bangga atas usaha dan kerja kerasnya selama ini agar anak merasa dihargai. Saat tahu usahanya diapresiasi, dia nggak selalu berani mencoba tanpa takut gagal. Bahkan saat hasil yang didapat belum sempurna, usaha terbaiknya tetap dihargai.

2. Beri Ruang Buat Bangkit

Sampaikan juga pada anak kalau kegagalan itu hal yang wajar dan semua orang pasti pernah mengalaminya, termasuk orang-orang hebat di dunia ini. Kesuksesan orang terhebat dunia sekali pun diraih setelah berkali-kali gagal.

Mindset ini bukan melemahkan mental anak tapi justru memberi ruang aman untuk jatuh dan belajar bangkit. Sebab, anak yang nggak pernah gagal justru akan takut mencoba untuk bangkit dan berjuang kembali.

Saat mampu memberi ruang buat bangkit, anak nggak akan takut disalahkan saat gagal dan makin berani mencoba karena tahu orang tuanya nggak pernah berpaling. Orang tua akan dianggap sebagai ‘rumah’ paling hangat yang menyambut dia apa pun keadaannya.

3. Berhenti Mendorong Terus Menerus

Berhenti mendorong anak terus menerus hanya demi bisa cepat sukses atau meraih nilai sempurna. Justru ada kalanya orang tua yang harus mengendurkan ambisinya. Anak juga perlu diberi tahu kapan harus berhenti sejenak.

Pastikan juga menanamkan mindset kalau berhenti sejenak itu bukan berarti lemah. Justru dengan mengambil jeda bisa jadi cara membangun ketahanan mental anak dan kembali bangkit dengan semangat baru.

Nantinya, anak akan tahu kapan harus full berjuang dan kapan bisa rehat sejenak demi mengisi energi. Mindset yang ditanamkan sejak kecil ini akan terbawa sampai dewasa dan dia bisa berpikir dengan lebih bijak saat berjuang meraih tujuan hidupnya.

4. Membersamai dalam Setiap Proses

Pastikan anak tahu kalau orang tuanya akan selalu membersamai dalam setiap proses belajarnya. Cara ini akan membuat anak tahu kalau ada yang mau belajar bareng dan dia merasa hubungan ini setara.

Saat proses belajar bersama dan anak melihat kalau orang tuanya juga bisa gagal, dia akan belajar kesempurnaan itu bukan tujuan. Anak justru bisa melihat kalau inti dari perjuangan adalah memperbaiki kesalahan dan menjadi lebih terbuka.

Anak yang disebut sukses bukan tentang menjadi yang paling sempurna. Sebagai orang tua yang akan membesarkan generasi penerus di tengah riuhnya dunia digital, tentu sikap yang bijak dibutuhkan agar anak bisa sukses dalam versinya masing-masing.

 

Berita Terkait

Berita Terkini