Ragam

Gustika Jusuf Pakai Batik Slobog di HUT RI ke-80: Simbol Duka di Tengah Perayaan?

Gustika Jusuf curi perhatian di HUT RI ke-80 usai tampil mengenakan batik slobog. Bukan sekadar busana tradisional, motif ini ternyata sarat makna dan filosofi mendalam.

Vania Rossa

Potret Gustika Jusuf Mengenakan Kebaya Hitam dan Batik Slobog saat Menghadiri Acara HUT RI ke-80 di Istana Negara, Jakarta (Instagram/@gustikajusuf)
Potret Gustika Jusuf Mengenakan Kebaya Hitam dan Batik Slobog saat Menghadiri Acara HUT RI ke-80 di Istana Negara, Jakarta (Instagram/@gustikajusuf)

Dewiku.com - Aktivis sekaligus cucu dari mendiang Moh. Hatta, Gustika Jusuf berhasil menarik perhatian netizen karena pakaian tradisional yang ia kenakan saat menghadiri HUT RI ke-80 pada 17 Agustus 2025.

Melalui akun Instagramnya @gustikajusuf, tampak foto dirinya mengenakan kain batik slobog saat menghadiri acara HUT RI ke-80 yang dilaksanakan di Istana Negara kemarin. Tampak dirinya mengenakan kebaya berwarna hitam dengan bawahan berupa kain batik bermotif slobog. 

Dalam caption-nya, wanita yang aktif menyuarakan suara rakyat ini menuliskan jika batik slobog sering kali digunakan saat masa berkabung datang.

“Motif slobog biasa dikenakan pada suasana duka: “slobog” berarti longgar atau terbuka, melambangkan pelepasan dan pengantaran. Ia biasa dipakai keluarga dalam prosesi pemakaman sebagai simbol merelakan sekaligus mendoakan jalan yang lapang,” tulis Gustika. 

Lalu, apakah benar jika kain slobog hanya digunakan ketika tengah masa berduka saja?

Filosofi Batik Slobog

Batik slobog sendiri merupakan salah satu motif pada batik tradisional Jawa. Motif dari batik slobog menyerupai segi empat yang diberi dua garis sehingga menghasilkan motif berupa empat potongan segitiga. Motif dari batik slobog sendiri tersusun atas garis-garis diagonal.

Detail Motif Batik Slobog (Batik Putra Bengawan)
Detail Motif Batik Slobog (Batik Putra Bengawan)

Terkadang, pembatik juga sering menambahkan motif lain agar terlihat lebih dinamis. Slobog sendiri berasal dari bahasa Jawa, yakni ‘lobok’ yang bermakna longgar atau terbuka. Fakta uniknya, batik slobog sering digunakan untuk menutupi tubuh jenazah yang akan segera dimakamkan. 

Maka dari itu, batik slobog juga memiliki makna ketabahan, keikhlasan, dan kelonggaran hati setelah ditinggal pergi selamanya oleh orang terdekat. Tak aneh, jika motif dari batik slobog sendiri sering kali dikaitkan dengan kondisi berduka atau berkabung. 

Selain erat dengan makna kematian atau berduka, batik slobog juga memiliki makna positif lainnya. Kata slobog juga bisa merujuk pada bahasa jawa yang berbunyi ‘slobokake’ yang berarti keselamatan. Makna keselamatan yang ada di dalam kain batik tersebut dapat pula diartikan sebagai keteguhan hati, ketenangan, dan serta kemudahan bagi arwah yang meninggal. 

Kain slobog sendiri umumnya hadir dengan warna yang netral dan tidak mencolok, seperti cokelat, putih, hitam, dan juga krem.

Walau sering dikaitkan dengan nuansa berkabung dan kematian yang bisa memberi kesan mistis. Namun, kain slobog menjadi bukti dari adanya peninggalan budaya untuk memberikan penghormatan terakhir bagi jenazah maupun orang-orang yang ditinggalkannya. 

Penggeseran Penggunaan, Makna Tetap Sama

Di era modern ini, batik slobog masih tetap eksis. Namun, penggunaan kain slobog tidak hanya sebatas digunakan untuk menutupi jenazah saja, tetapi digunakan sebagai pakaian. Banyak dari wanita-wanita modern yang mulai menggunakan batik slobog sebagai penunjang fashion-nya. 

Biasanya mereka akan menggunakan batik slobog sebagai bawahan untuk melengkapi kebaya yang mereka pakai. Gaya fashion inilah yang juga dikenakan oleh Gustika Jusuf saat menghadiri HUT RI ke-80 di Istana Negara. 

Namun, di balik penggunaan batik slobog tersebut ternyata Gustika memiliki alasan tersendiri. Melalui unggahannya di Instagram, Gustika menyampaikan jika batik slobog yang dikenakannya sebagai perwakilan dari dirinya yang merasa berduka, sedih, dan khawatir karena di tengah usia 80 tahun, Indonesia masih belum bisa menuntaskan kasus pelanggaran HAM. 

Bahkan, wanita yang aktif sebagai aktivis HAM ini sempat menyindir presiden ke-8 Indonesia atas pelanggaran HAM yang pernah dilakukannya di masa lalu beserta jajarannya yang turut mencoreng nilai-nilai kemanusiaan di Indonesia.

“Jujur tidak sampai hati merayakan hari Kemerdekaan Indonesia ke-80 tanpa rasa iba, dengan peristiwa demi peristiwa yang mengkhianati nilai kemanusiaan yang datang bertubi-tubi, seperti kekerasan aparat yang baru saja mengorbankan jiwa di Pati minggu ini,” jelas Gustika.

Batik slobog pun telah menjadi perwakilan rasa berkabungnya atas rusaknya nilai kemanusiaan yang terjadi karena tangah para pemimpin. Dirinya menyatakan jika berkabung bukan hanya memiliki arti putus asa, melainkan jeda untuk menatap sejarah, memelihara ingatan, dan menagih hak rakyat dan janji konstitusi kepada Republik Indonesia. 

Dengan kata lain, pergeseran penggunaan batik slobog di masa sekarang ini tidak hanya sebagai bentuk dari gaya fashion saja, tetapi juga sebagai media bersuara untuk menuntut keadilan.

(Annisa Deli Indriyanti)

Berita Terkait

Berita Terkini