Ragam

Stop Kebiasaan Boomerasking Kalau Nggak Mau Bikin Lawan Bicara Ilfeel

Apa itu boomerasking? Kenali jenis-jenis boomerasking, kenapa dianggap komunikasi yang buruk, dan cara menghindarinya agar percakapan lebih sehat.

Vania Rossa

Ilustrasi orang ngobrol. (Unsplash/Rawpixel)
Ilustrasi orang ngobrol. (Unsplash/Rawpixel)

Dewiku.com - Pernah nggak sih kamu ngobrol sama seseorang, lalu dia nanya sesuatu, tapi setelah kamu jawab, dia malah ikutan menjawab pertanyaannya sendiri? Nah, pola komunikasi kayak gini disebut boomerasking.

Contoh gampangnya gini:

A: “Liburan besok kamu ada rencana ke mana?”
B: “Kayaknya aku di rumah aja deh.”
A: “Oh gitu ya, kalau aku sih mau ke Jogja sama keluarga. Udah lama banget nggak ke sana.”

Dari situ kelihatan, orang A sebenarnya lebih pengen cerita tentang dirinya ketimbang benar-benar mendengar jawaban orang B.

Menurut Psychology Today, peneliti AW Brooks dan M. Yeomans membagi boomerasking jadi tiga kategori:

1. Bertanya dengan niat terselubung

Misalnya pura-pura nanya soal hasil ujian, tapi setelah dijawab, si penanya malah cerita panjang lebar tentang nilainya sendiri. Jadinya terkesan cuma mau pamer.

2. Ingin mengeluh dengan kedok bertanya

Contohnya, “Gimana sih kerja bareng si A?” tapi lalu dijawab sendiri dengan keluhan panjang soal rekan kerja tersebut.

3. Membagikan informasi personal lewat pertanyaan

Misalnya, “Kamu punya berapa saudara? Kalau aku sih punya dua kakak perempuan.” Jadi niatnya bukan sekadar bertanya, tapi sekaligus cerita tentang dirinya.

Kenapa Boomerasking Dianggap Buruk?

Riset Brooks dan Yeomans menunjukkan bahwa kebiasaan ini dianggap egois dan nggak tulus. Bahkan, 90 persen responden mengaku pernah melakukannya! Bedanya, orang yang boomerasking dinilai lebih menyebalkan ketimbang mereka yang terang-terangan menyombongkan diri.

Alih-alih bikin percakapan lebih seimbang, boomerasking justru bikin lawan bicara merasa nggak dihargai karena pertanyaan tadi ternyata hanya dipakai untuk kepentingan si penanya.

Cara Menghindari Boomerasking

  • Langsung to the point. Kalau mau cerita, ya bilang aja, jangan dibungkus dengan pertanyaan basa-basi.
  • Ajukan pertanyaan lain. Fokus pada lawan bicara, bukan pada diri sendiri.
  • Tanamkan rasa ingin tahu. Alihkan niat dari sekadar pamer ke tujuan untuk mengenal orang lain lebih dalam.

Memang, banyak orang melakukan boomerasking karena merasa kurang punya ruang untuk berbagi cerita. Tapi ingat, percakapan itu dua arah. Kalau ingin dihargai, belajarlah mendengar dan ajukan pertanyaan yang benar-benar ditujukan untuk lawan bicara, bukan sekadar jalan pintas untuk membicarakan diri sendiri.

(Himayatul Azizah)

Berita Terkait

Berita Terkini