Ragam
Fakta Menyakitkan, Ternyata Tanpa Sadar Perempuan Sering Jadi Supporter Patriarki
Budaya patriarki tak hanya datang dari laki-laki. Banyak perempuan tanpa sadar ikut melanggengkan nilai-nilai patriarki terhadap sesamanya. Kenapa bisa begitu?
Vania Rossa | Natasya Regina Melati

Dewiku.com - Patriarki sudah lama dianggap sebagai sistem yang mengekang perempuan, dan kini banyak generasi muda, terutama Gen Z, berusaha mati-matian memberi pencerahan pada lingkungannya soal pentingnya menghapus budaya tersebut. Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu.
Ada kalanya justru perempuan sendiri yang tanpa sadar ikut melanggengkan nilai-nilai patriarki. Padahal, tujuan dari gerakan ini adalah memerdekakan perempuan dari berbagai bentuk ketidakadilan.
Hal ini terasa menyakitkan—karena yang menyakiti perempuan, ternyata bisa datang dari perempuan lain. Selama ini, kita sering mengkritisi patriarki yang biasanya hadir dalam relasi kuasa dengan laki-laki, termasuk dalam berbagai kasus pemisahan peran hingga pelecehan.
Tapi faktanya, perjuangan untuk melawan patriarki tidak selalu berhenti pada laki-laki. Kadang, perempuan juga ikut serta memperkuat nilai-nilai tersebut, baik secara sadar maupun tidak.
Fenomena ini dikenal dengan istilah internalized misogyny, yaitu kondisi ketika perempuan mengadopsi dan menyebarkan prasangka atau kebencian terhadap perempuan lain. Kondisi ini berbahaya karena justru memperkuat sistem patriarki dari dalam.
Alih-alih membangun solidaritas, hal ini malah membuat sesama perempuan saling menjatuhkan dan mengalihkan fokus dari akar persoalan sebenarnya: struktur ketidakadilan gender yang masih kuat dalam masyarakat. Mari kita bahas!
Internalized Misogyny
Fenomena internalized misogyny dalam patriarki bisa dibilang jadi salah satu hal yang sering kali nggak disadari. Sederhananya, ini adalah kondisi ketika perempuan sendiri secara internal ikut mengadopsi, bahkan menyebarkan, kebencian atau prasangka terhadap sesama perempuan.
Akibatnya, sistem patriarki justru semakin kuat karena solidaritas antarperempuan melemah, dan fokus terhadap ketidakadilan gender jadi teralihkan.
Padahal, kalau kita tarik ke akarnya, patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki-laki di posisi dominan. Dari sanalah lahir ketidakadilan gender yang merugikan perempuan.
Baca Juga
Fenomena Twin Stranger: Kiky Saputri Ketemu Dela, Benarkah Setiap Manusia Punya Kembaran Meski Tak Sedarah?
Isu Pasha Ungu Mengundurkan Diri, Alasannya Menampar Anggota Parlemen Lain! Benar Atau Hoaks?
Resmi Mundur dari DPRD, Persepsi Publik Kepada Bella Shofie Berubah Drastis: Dipuji Tau Diri!
Politisi Muda yang Tak Takut Beda: Hillary Brigitta Setuju Tunjangan DPR Diturunkan
Demo Ricuh Sasar Rumah Pejabat, Benarkah Ini Suara Rakyat?
Gara-Gara Klik Link Paket, Asmara Abigail Kehilangan Rp 70 Juta
Nah, internalized misogyny ibarat alat yang tanpa sadar ikut melanggengkan kekuasaan itu—karena membuat perempuan melawan perempuan lain, bukan melawan sistem yang sebenarnya bermasalah.
Bagaimana Patriarki Memengaruhi Internalized Misogyny?
1. Struktur Kekuasaan yang Merusak
Patriarki sejak lama menempatkan laki-laki sebagai pihak berkuasa, sementara perempuan lebih banyak berada di posisi termarginalkan, baik dalam ranah ekonomi, politik, maupun sosial.
2. Penciptaan Ketidakadilan Gender
Dari struktur tersebut, lahirlah ketidakadilan gender hingga bentuk kekerasan, baik fisik maupun psikologis, yang sangat berdampak pada kehidupan perempuan.
3. Peran Internalized Misogyny
Menghambat Solidaritas Perempuan
Dalam lingkungan yang penuh dominasi patriarki, perempuan jadi cenderung melihat sesama perempuan sebagai pesaing, bukan sebagai rekan. Alhasil, dukungan yang seharusnya terbangun malah terkikis.
Alat Penindasan
Ketika perempuan terpicu untuk merendahkan atau melawan sesama perempuan, posisi mereka sebagai kelompok yang tertindas makin kokoh, dan kesempatan untuk bangkit jadi makin kecil.
Menyebarkan Prasangka
Contoh nyatanya bisa terlihat dari kebiasaan mencemooh pilihan hidup perempuan lain—entah itu soal gaya berpakaian, karier, atau cara hidup. Padahal, hal itu tidak ada hubungannya dengan kualitas diri seseorang.
Cara Mengatasi Internalized Misogyny
Fenomena ini jelas perlu dihadapi bersama. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
Meningkatkan kesadaran
Mulai dengan introspeksi diri, mengenali prasangka yang mungkin sudah terlanjur tertanam, lalu berusaha untuk menghapusnya.
Membangun solidaritas
Mengedepankan semangat women support women, menghargai perbedaan, dan berhenti menjatuhkan perempuan lain hanya karena tidak sesuai standar pribadi.
Mengubah perspektif
Cobalah melihat perempuan dari sisi yang lebih positif. Akui kemampuan dan pencapaian mereka tanpa harus menghakimi pilihan hidup yang nggak merugikan orang lain.
Menentang patriarki
Pada akhirnya, perjuangan melawan patriarki harus diwujudkan dengan tindakan nyata, bukan sekadar slogan. Tujuannya jelas: kesetaraan gender di mana semua orang diperlakukan setara tanpa melihat gender.
Internalized misogyny memang bisa terasa sepele karena sering muncul dalam bentuk komentar atau sikap kecil yang dianggap wajar. Namun kalau terus dibiarkan, hal ini bisa jadi racun yang merusak hubungan antarperempuan dan membuat patriarki semakin kuat.
Jadi, penting banget bagi kita untuk lebih sadar, saling mendukung, dan bersama-sama melawan pola pikir yang merugikan ini. Karena pada akhirnya, perempuan seharusnya berdiri berdampingan, bukan saling menjatuhkan.