Ragam
Viral Nilai Ijazah Sahroni yang Pas-Pasan, Bukti Nilai Akademis Bukan Syarat Sukses di Politik?
Seberapa penting nilai akademis tinggi buat sukses di politik, atau justru nggak ada hubungannya sama sekali?
Vania Rossa | Natasya Regina Melati

Dewiku.com - Massa unjuk rasa di Jakarta masih terus menjadi sorotan. Salah satu momen yang ramai dibicarakan publik adalah saat kediaman Anggota Komisi I DPR RI, Ahmad Sahroni, di Tanjung Priok, Jakarta Utara, ikut menjadi sasaran amukan massa. Dari rumah yang berada di Jalan Swasembada Timur XXII, Kelurahan Kebon Bawang itu, ditemukan sebuah dokumen tak terduga yang langsung viral: daftar nilai ijazah Sahroni ketika duduk di bangku SMP.
Temuan daftar nilai itu cepat menyebar di media sosial, apalagi setelah sebelumnya Sahroni sempat melontarkan pernyataan kontroversial yang menyebut bahwa orang yang ingin membubarkan DPR adalah kebodohan.
"Orang yang bilang bubarin DPR itu adalah orang tolol sedunia," ucapnya saat itu, dikutip dari Suara.com.
Warganet pun segera menghubungkan ijazah tersebut dengan ucapannya, terutama karena total nilai semua mata pelajaran Sahroni hanya berjumlah 68.
Tak heran, publik langsung menjadikannya bahan ejekan. Sahroni dianggap menyinggung rakyat dengan ucapannya, padahal kondisi masyarakat sendiri sedang marah atas kenaikan tunjangan anggota DPR.
“Orang begini lolos DPR? Mana ngatain rakyat tolol, eh dianya yang lebih tolol,” tulis salah satu komentar warganet.
"Tol** banget anji**, nilai segitu di ijazah jadi anggota DPR." tulis lainnya.
"Asli goblok. Nilai gitu mana bisa masuk sekokah favorit, masuk sekolah negeri juga belum tentu bisa. Apalagi jadi PNS jaman CAT." cemooh lainnya.
Komentar serupa pun membanjiri media sosial, mulai dari menyindir kapasitas akademis hingga meragukan jalannya karier politik Sahroni.
Gelombang kritik ini semakin mempertegas kekecewaan masyarakat terhadap ucapan Sahroni. Publik menilai, pernyataan seorang pejabat negara seharusnya tidak merendahkan rakyat yang sedang menyuarakan keresahannya.
Baca Juga
Aksi Massa Bikin Rumahnya Berantakan, Sri Mulyani Pilih Respons Tenang dan Janji Berbenah
Keberanian Tata Juliastrid Speak Up Soal Demo DPR dan Affan Kurniawan, Bikin Dunia Ikut Mendengar
Viral 17+8 Tuntutan Rakyat: Suara Mendesak agar Pemerintah Bergerak Cepat
Tetap Tenang di Tengah Aksi: Tips Hadapi Demo yang Sarat Provokasi
Fenomena Tradwife di Media Sosial, Pilihan Hidup atau Sekadar Konten?
Rumah Sri Mulyani di Bintaro Dijarah, TNI Langsung Turun Tangan Jaga Ketat
Viral ijazah Sahroni ini akhirnya dianggap simbol ketidakpuasan warga terhadap wakil rakyat yang semestinya membela, bukan malah melecehkan aspirasi masyarakat.
Nah, dari sini kita bisa tarik satu pelajaran penting: seberapa besar sebenarnya peran nilai akademis dalam dunia politik? Apakah prestasi di sekolah jadi bekal penting, atau justru ada hal lain yang lebih menentukan kualitas seorang pejabat publik? Yuk, kita bahas lebih lanjut.
Bekal Nilai Akademis itu Penting Gak Buat Berkarier di Politik?
Kalau ngomongin dunia politik, banyak orang mungkin langsung kepikiran soal strategi, koneksi, atau kemampuan bicara di depan publik. Tapi, jangan lupa juga kalau bekal nilai akademis ternyata punya peran penting banget dalam perjalanan karier seorang politikus.
Nilai akademis yang bagus bukan cuma soal angka di ijazah atau IPK tinggi, melainkan juga mencerminkan dasar pengetahuan, cara berpikir kritis, sampai kemampuan menganalisis isu yang kompleks.
Secara nggak langsung, pendidikan akademis memberikan fondasi kuat bagi mereka yang ingin serius menekuni dunia politik. Soalnya, politik bukan sekadar panggung untuk bicara, tapi juga soal memahami masalah bangsa, merancang kebijakan yang tepat, dan punya integritas dalam mengambil keputusan.
Manfaat Akademis dalam Karier Politik
1. Pengetahuan yang Mendalam
Ilmu politik atau disiplin lain yang relevan bisa memberikan pemahaman mendalam tentang sistem pemerintahan, sejarah, ideologi, sampai isu sosial yang berkembang. Pengetahuan ini penting banget, baik untuk level nasional maupun internasional.
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Pendidikan juga melatih pola pikir kritis dan analitis. Politikus perlu banget kemampuan ini buat menganalisis masalah, menilai berbagai kebijakan, sekaligus merancang solusi yang benar-benar efektif.
3. Keterampilan Komunikasi
Dunia akademis sering bikin mahasiswa terbiasa dengan debat, menulis esai, atau menyampaikan argumen yang terstruktur. Nah, semua ini bisa jadi bekal penting untuk bernegosiasi, berdiplomasi, dan menyampaikan visi dengan jelas kepada publik.
4. Pemahaman Etika dan Nilai Politik
Selain itu, pendidikan membantu menanamkan nilai demokrasi, etika, dan norma politik yang ideal. Hal ini jadi pondasi penting supaya seorang politikus bisa bertindak dengan tanggung jawab dan menjaga integritas.
5. Pengembangan Wawasan dan Perspektif
Belajar di dunia akademis memperluas cara pandang, sehingga seorang calon politikus lebih peka dalam melihat dinamika sosial maupun politik, dan lebih bijak dalam menilai dampaknya pada masyarakat.
Dampak pada Kemajuan Bangsa
Kalau politikus dibekali pendidikan yang baik, otomatis mereka juga bisa mendorong partisipasi masyarakat yang lebih cerdas dan bertanggung jawab. Artinya, warga nggak cuma asal ikut-ikutan, tapi juga paham esensi demokrasi dan pentingnya suara mereka.
Di sisi lain, bekal akademis bikin politikus punya kemampuan menawarkan solusi yang realistis sekaligus inovatif. Jadi, bukan hanya sekadar janji manis, tapi juga langkah konkret untuk kemajuan bangsa dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Jadi, bisa dibilang nilai akademis memang punya peran penting dalam dunia politik. Bukan berarti tanpa itu seseorang nggak bisa sukses, tapi pendidikan memberikan fondasi yang lebih kokoh.
Dengan ilmu, kritis dalam berpikir, komunikasi yang baik, dan integritas yang terjaga, seorang politikus bisa membawa perubahan yang lebih nyata bagi bangsa. Ingat, kita saja punya seleksi nilai ketat untuk calon ASN, bukankah harusnya demikian pula untuk seorang wakil rakyat?