Trending
Kasus Campak Melonjak di Sumenep, Hoaks Vaksin Haram Jadi Biang Kerok?
Belakangan muncul hoaks soal vaksin haram yang bikin banyak orang tua di Sumenep merasa takut dan ragu melakukan imunisasi untuk buah hati mereka.
Vania Rossa | Natasya Regina Melati

Dewiku.com - Kesehatan anak memang harus jadi prioritas utama, karena seperti pepatah bilang, lebih baik mencegah daripada mengobati. Sayangnya, belakangan muncul hoaks soal "vaksin haram" yang bikin banyak orang tua di Sumenep merasa takut dan ragu melakukan imunisasi untuk buah hati mereka.
Padahal, untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok, cakupan imunisasi harus lebih dari 95 persen. Jika target ini tidak tercapai, penyakit yang seharusnya bisa dicegah justru kembali merebak. Hal inilah yang kini terjadi di Sumenep, di mana kasus campak kembali melonjak tajam akibat rendahnya cakupan imunisasi.
Melansir dari akun @pikology, para ahli menilai minimnya edukasi publik semakin memperkuat pandangan keliru bahwa vaksin berbahaya. Oleh karena itu, pemerintah dan tenaga kesehatan dinilai perlu lebih gencar melakukan sosialisasi dan edukasi soal pentingnya vaksinasi.
Data dari DKP2KB juga menunjukkan tren peningkatan signifikan kasus campak. Pada 2022 tercatat 200 kasus, lalu melonjak setelah muncul kasus polio di 2023. Tahun 2024 angkanya naik menjadi 319 kasus, dan pada 2025 hingga pekan ketiga Agustus sudah tembus 1.944 kasus.
Melihat tren ini, penting sekali untuk mendorong parental empowerment alias pemberdayaan orang tua agar lebih paham soal edukasi vaksin anak. Dengan begitu, mereka tidak mudah terpengaruh hoaks yang tidak jelas kebenarannya, dan bisa lebih percaya diri mengambil langkah terbaik untuk kesehatan buah hati.
Pentingnya Pemberdayaan Orang Tua soal Edukasi Vaksin Anak
Pemberdayaan orang tua dalam edukasi vaksin anak pada dasarnya adalah cara untuk bikin orang tua makin paham dan percaya pada pentingnya imunisasi. Kalau orang tua punya bekal informasi yang jelas, mereka bisa mengambil keputusan yang tepat dan tentunya mendukung program imunisasi.
Caranya bisa lewat penyampaian informasi yang akurat, komunikasi efektif dari tenaga kesehatan, sampai melibatkan tokoh masyarakat dan alim ulama untuk menegaskan bahwa vaksin aman dan bermanfaat melindungi anak dari penyakit berbahaya.
Strategi Pemberdayaan dan Edukasi
1. Penyediaan Informasi yang Jelas
Baca Juga
Aktris Tiongkok Fan Bingbing Jadi Datuk, Padahal Bukan Orang Malaysia
Pamer Liburan saat Rakyat Demo, Ini Profil Bebizie Si Anggota DPRD Eks Biduan Dangdut
Film Indonesia Kian Berkembang, Tapi Prilly Latuconsina Ungkap Fakta Miris Ini
Hampir Dibuang, Sisa Pisang dari Program MBG Dikumpulin dan Diolah Lagi Sama Siswa
Dulu Kasih Gelang Persahabatan, Sekarang Cincin Berlian: Begini Perjalanan Cinta Taylor Swift dan Travis Kelce
Boy Mom Culture, Bentuk Kasih Sayang atau Simbol Kuatnya Patriarki?
Orang tua butuh info yang gampang dipahami tentang manfaat imunisasi, jadwal vaksinasi yang tepat, hingga risiko kalau anak tidak divaksinasi. Informasi ini bisa disebarkan lewat berbagai media, mulai dari brosur, media sosial, radio, hingga televisi. Yang penting, pesannya harus akurat, sederhana, dan datang dari sumber terpercaya.
2. Komunikasi Efektif dari Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan punya peran besar dalam membangun kepercayaan orang tua. Dengan komunikasi yang terbuka, mereka bisa menjawab kekhawatiran orang tua soal efek samping vaksin. Membagikan pengalaman positif atau mengajak orang tua langsung konsultasi dengan dokter juga jadi cara ampuh untuk meyakinkan.
3. Melibatkan Pemimpin Masyarakat dan Alim Ulama
Di banyak daerah, suara tokoh masyarakat dan alim ulama sangat berpengaruh. Kalau mereka ikut turun tangan, warga akan lebih mudah percaya bahwa vaksinasi bukan hal yang berbahaya. Dukungan moral ini bisa bikin orang tua lebih mantap dalam mengikuti jadwal imunisasi anak.
4. Penguatan Literasi Vaksinasi
Orang tua perlu dibekali literasi vaksinasi agar mereka bisa memilah informasi yang benar. Edukasi bisa dilakukan lewat penyuluhan di puskesmas, posyandu, atau sekolah. Dengan begitu, informasi soal imunisasi akan lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.
5. Akses dan Fasilitas yang Lebih Baik
Selain edukasi, akses ke layanan vaksinasi juga harus diperhatikan. Pastikan vaksin tersedia, lokasi mudah dijangkau, bahkan kalau perlu ada layanan kunjungan rumah untuk mengingatkan jadwal imunisasi. Ini penting terutama bagi keluarga yang tinggal di wilayah sulit terjangkau.
Manfaat Pemberdayaan Orang Tua dalam Edukasi Vaksin
Kalau orang tua makin teredukasi, mereka akan lebih percaya diri dan nyaman untuk memvaksinasi anak. Bekal informasi yang cukup juga bikin mereka bisa mengambil keputusan terbaik untuk kesehatan si kecil.
Pada akhirnya, semakin banyak orang tua yang paham soal vaksinasi, semakin tinggi pula angka cakupan imunisasi. Itu artinya, perlindungan terhadap anak-anak bisa makin kuat dan program imunisasi nasional pun lebih berhasil.
Intinya, pemberdayaan orang tua bukan cuma soal memberi informasi, tapi juga soal membangun rasa percaya, mendekatkan layanan, dan melibatkan pihak-pihak yang dipercaya masyarakat. Kalau semua berjalan bareng, bukan hanya anak yang terlindungi, tapi juga kesehatan masyarakat secara luas ikut terjaga.