Ragam

Dress Up for You: Ketika Gaya Bukan Sekadar Tren, Tapi Cerminan Suasana Hati

Berpakaian berdasarkan mood sebuah pendekatan personal yang menjadikan fashion bukan sekadar soal tren, tapi bentuk ekspresi diri yang jujur dan membebaskan.

Vania Rossa

Gaya Bukan Sekadar Tren, Tapi Cerminan Suasana Hati. (Pinterest)
Gaya Bukan Sekadar Tren, Tapi Cerminan Suasana Hati. (Pinterest)

Dewiku.com - Pernahkah kamu membuka lemari, memandangi sederet pakaian yang rapi tergantung, lalu memilih satu bukan karena sedang tren, tapi karena "aku lagi pengen pakai ini aja”?

Jika iya, selamat datang di dunia berpakaian berdasarkan mood — sebuah pendekatan personal yang menjadikan fashion bukan sekadar soal tren, tapi bentuk ekspresi diri yang jujur dan membebaskan.

Tren datang dan pergi, tapi perasaan hadir setiap hari — berubah, berkembang, dan kadang tak terduga.

Ada hari-hari ketika kita ingin tampil bold dengan warna-warna terang dan siluet mencolok.

Tapi di hari lain, hoodie oversized dan celana longgar adalah definisi nyaman yang kita butuhkan.

Gaya bukan lagi soal “apa yang sedang hits di TikTok atau runway”, tapi “apa yang aku rasakan hari ini dan bagaimana aku ingin menampilkan diriku ke dunia”.

Memakai pakaian berdasarkan mood bukan berarti anti-tren. Justru, ini tentang menyaring tren yang ada, lalu memilih elemen yang resonate dengan kita secara emosional.

Hari ini floral dress bisa jadi teman baik saat hati sedang romantis, besok mungkin leather jacket terasa lebih cocok untuk semangat yang sedang edgy.

Gaya Sebagai Terapi Personal

“Apa yang Anda kenakan dapat memengaruhi kemampuan berpikir dan negosiasi, kadar hormon, dan detak jantung Anda,” ujar Dr. Jennifer Baumgartner seorang psikolog klinis.

Ia juga menegaskan bahwa pakaian memiliki efek psikologis yang nyata dan apa yang kita kenakan sehari-hari bisa berdampak langsung terhadap suasana hati, bahkan performa kita dalam bekerja dan bersosialisasi.

Sebuah studi dari University of Hertfordshire yang dipublikasikan oleh HuffPost juga menemukan ketika orang mengenakan pakaian yang memiliki makna simbolis, mereka sebenarnya mewujudkan karakteristik pakaian itu.

Contohnya, seseorang yang mengenakan setelan profesional seperti blazer, cenderung merasa lebih percaya diri dan fokus, sementara memakai busana santai bisa memunculkan rasa rileks dan nyaman.

Fenomena ini menjelaskan mengapa berpakaian untuk diri sendiri, bukan demi validasi social, semakin popular.

Banyak orang kini lebih sadar akan peran pakaian sebagai ekspresi mood dan identitas personal.

Aktivitas berpakaian ini juga sebagai bentuk “emotional armor”, yakni perlindungan emosional dalam menghadapi tantangan harian.

Bahkan ketika bekerja dari rumah, mengenakan pakaian yang disukai bisa memicu semangat dan produktivitas yang lebih tinggi.

Pakaian Sebagai Bahasa Tanpa Kata

Melalui Vogue UK, Influencer fashion asal Inggris, Naomi Genes, juga memberikan pandangannya dalam berpakaian, di mana ia tergantung pada suasana hati dan hari-harinya saat ia merasa kuat, serta ada hari-hari saat ia juga merasa ceria.

Pakaian adalah cara ia mengekspresikan apa yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Hal ini juga sejalan dengan tren fashion yang semakin inklusif dan bebas aturan, personal style kini menjadi pusat perhatian, bukan lagi apa yang sedang trending di catwalk.

Orang-orang mulai berani bereksperimen dan memilih busana berdasarkan emosi, aktivitas, hingga kebutuhan kenyamanan, bukan semata-mata mengikuti label "in" atau "out".

Berpakaian berdasarkan mood juga bisa menjadi bentuk self-care. Saat suasana hati sedang murung, mengenakan warna-warna cerah bisa membantu membangkitkan semangat.

Sebaliknya, saat merasa percaya diri, banyak orang cenderung memilih busana yang lebih bold dan ekspresif.

Pada akhirnya, berpakaian bukan soal mengikuti standar eksternal, tapi merayakan jati diri.

Jadi, tak perlu ragu untuk dress up for you. Biarkan pakaianmu mencerminkan apa yang kamu rasakan, bukan sekadar apa yang sedang viral. Karena yang paling penting bukanlah bagaimana orang lain melihatmu, tapi bagaimana kamu merasa dengan dirimu sendiri.

(Mauri Pertiwi)

Berita Terkait

Berita Terkini