Ragam
Dibilang Dingin Padahal Sayang: Fakta Menarik Soal Cowok Avoidant
Pasanganmu cuek, susah diajak ngobrol serius, atau sering menghindar saat kamu ingin dekat secara emosional? Bisa jadi dia bukan nggak sayang, tapi punya gaya attachment avoidant. Yuk kenali ciri dan cara menghadapinya!
Vania Rossa | Ayu Ratna

Dewiku.com - Pernah nggak sih kamu merasa kayak ngobrol sama tembok saat bahas perasaan bareng pasangan? Atau pasangan kamu keliatannya sayang, tapi selalu jaga jarak dan enggan terlibat secara emosional? Bisa jadi, dia punya gaya keterikatan yang disebut avoidant attachment.
Gaya ini bikin seseorang susah banget buka hati dan cenderung menjauh kalau udah masuk ranah emosi atau komitmen. Buat yang lagi pacaran atau menjalani hubungan, penting banget tahu soal gaya keterikatan ini.
Baca Juga
Gaya Futuristik ala Asics Sportstyle Ramaikan Paris Fashion Week 2025
Self-Taught Culture: Gaya Belajar Gen Z yang Fleksibel, Bebas, dan Relevan
Dikritik Netizen, Ini Klarifikasi Istri Menteri UMKM Tina Astari Soal Pemakaian Fasilitas Negara
JGOB: Fashion Simpel, Nyaman, dan Bertanggung Jawab untuk Bumi
Dandan Tapi Nggak ke Mana-Mana: Ternyata Beginilah Sel-Love Ala Cewek Gen Z!
Bukti LDR Bisa Sampai Pelaminan: Megawati Hangestri & Dio Novandra Akhirnya Resmi Menikah
Karena kalau nggak ngerti, kamu bisa terus-terusan ngerasa ditolak, padahal pasanganmu mungkin emang nggak tahu cara menunjukkan kasih sayang secara langsung. Nah, yuk kenali lebih dalam apa itu avoidant dan gimana ciri-cirinya.
Apa Sih Avoidant Itu?
Avoidant attachment adalah gaya keterikatan yang bikin seseorang cenderung menjauh dari keintiman. Orang dengan tipe ini biasanya kelihatan mandiri banget, tapi sebenarnya punya ketakutan dalam menjalin hubungan yang dekat dan emosional. Mereka kayak pakai "tameng" supaya nggak terluka—entah karena takut ditolak, atau trauma masa lalu.
Gaya ini biasanya terbentuk sejak kecil, khususnya kalau mereka tumbuh di lingkungan yang emosionalnya dingin, atau pengasuhnya nggak responsif. Akibatnya, si anak belajar untuk nggak bergantung sama orang lain dan jadi terbiasa memendam perasaan sendiri.
Meskipun dari luar mereka kelihatan kuat dan cool, dalam hati mereka bisa merasa kesepian. Tapi karena takut dianggap lemah atau ditolak, mereka memilih untuk jaga jarak. Itulah kenapa hubungan dengan orang avoidant bisa terasa datar, padahal sebenarnya mereka juga ingin disayang—cuma nggak tahu caranya.
Kalau dibiarkan, pola avoidant ini bisa jadi penghambat besar dalam hubungan. Bukan cuma bikin komunikasi jadi susah, tapi juga rawan konflik karena kurangnya kejelasan dan keintiman emosional.
Ciri-Ciri Orang Avoidant
Biar kamu nggak salah paham, yuk kenali tanda-tanda umum dari pasangan yang punya kecenderungan avoidant attachment:
- Hindari pembicaraan mendalam soal hubungan. Mereka cenderung menghindar kalau kamu ajak bicara soal perasaan, masa depan, atau komitmen.
- Lebih nyaman sendiri. Daripada quality time bareng pasangan, mereka lebih suka menghabiskan waktu sendiri atau bareng teman.
- Menjauh saat konflik. Kalau ada masalah, bukannya diobrolin bareng, mereka malah tarik diri dan bisa ghosting sementara waktu buat “menenangkan diri”.
- Susah minta bantuan. Mereka punya prinsip "harus bisa sendiri", dan sering merasa nggak nyaman kalau harus bergantung sama orang lain.
- Takut komitmen. Pas hubungan mulai serius, mereka bisa ngerasa “terjebak” dan mulai mundur perlahan, bahkan bisa tiba-tiba minta break tanpa alasan jelas.
- Minim ekspresi sayang. Jarang peluk, jarang bilang sayang, dan kadang kalau kamu terlalu ekspresif, mereka malah menjauh.
- Sinyal cinta yang nggak jelas. Hari ini manis, besok datar. Sikapnya bikin kamu bingung, kayak main tarik ulur terus.
- Jaga jarak fisik. Bukan cuma secara emosi, tapi juga fisik. Mereka nggak nyaman dengan kedekatan terlalu intens.
- Suka menyendiri saat ada masalah. Alih-alih cari solusi bareng, mereka lebih memilih ngilang dulu sampai suasana reda.
- Kelihatan dingin, tapi dalam hati rapuh. Sikapnya cuek bukan karena nggak peduli, tapi karena nggak tahu gimana caranya menunjukkan rasa peduli.
Memahami ciri-ciri ini bukan berarti kamu harus menyerah. Justru kalau kamu tahu akar perilakunya, kamu bisa lebih bijak dalam bersikap. Tapi, hubungan tetap butuh dua arah, jadi penting juga mengajak pasanganmu untuk lebih terbuka dan mungkin mempertimbangkan bantuan profesional jika dibutuhkan.
Menjalin hubungan dengan orang yang punya gaya keterikatan avoidant memang nggak gampang. Tapi bukan berarti mustahil. Dengan komunikasi yang sabar, empati, dan batasan yang sehat, hubungan tetap bisa berjalan dengan harmonis.
Kuncinya adalah sama-sama mau belajar dan tumbuh bareng. Kalau kamu atau pasangan punya ciri-ciri seperti di atas, nggak ada salahnya ngobrol dari hati ke hati, atau bahkan konsultasi ke profesional. Ingat, hubungan yang sehat itu butuh keterbukaan dan rasa aman—untuk dua-duanya.