International Womens Peace Conference 2024: Perdamaian yang Berkelanjutan, Mengapa Perempuan Harus Terlibat?

International Women's Peace Group (IWPG) sukses menyelenggarakan International Womens Peace Conference 2024, Kamis (19/9/2024) lalu.

By: Rima Sekarani Imamun Nissa icon Minggu, 22 September 2024 icon 09:00 WIB
International Womens Peace Conference 2024: Perdamaian yang Berkelanjutan, Mengapa Perempuan Harus Terlibat?

Ilustrasi mimpi perang (Pixabay/Robert Waghorn)

Para perempuan yang bercita-cita untuk perdamaian dunia di tengah-tengah perang dan konflik yang terus berlanjut berkumpul. Mereka berbagi pengalaman dan memperbaharui tekad serta komitmen terhadap perdamaian dunia.

"Partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan bukan hanya masalah kesetaraan gender, tetapi juga penting untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan," ungkap Sarah Chong selaku Direktur Femme Solidarity Australia saat menghadiri Women's Peace Conference 2024 di Kensington Resort, Korea Selatan, Kamis (19/9/2024) lalu.

Sarah Chong mengungkapkan, banyak perempuan imigran dan pengungsi berjuang untuk menemukan perdamaian dan rasa aman.  Menurutnya, memberdayakan perempuan melalui pendidikan sangat penting untuk membangun perdamaian yang berkelanjutan.

Baca Juga: Air Mata di Danau Toba: Kisah Mersi Silalahi Lawan Kekerasan dan Pencemaran Lingkungan di Tanah Adat Batak

"Pemberdayaan perempuan tidak hanya bermanfaat bagi perempuan secara individu, tetapi juga memiliki efek gelombang positif terhadap keluarga, komunitas, dan masyarakat, yang mendorong gerakan menuju dunia yang lebih damai," tuturnya.

International Women's Peace Conference 2024 diselenggarakan International Women's Peace Group (IWPG). Mengusung tema "Female Leaders Acting Upon Peace", konferensi ini menjadi wajah bagi perempuan untuk berbagi contoh terbaru dari kegiatan perdamaian di komunitas masing-masing sebagai upaya mengakhiri perang.

"Implementasi sangat penting agar perdamaian dapat diwujudkan ke dalam institusi dan budaya yang praktis. Jika orang-orang dari semua sektor masyarakat memenuhi peran mereka, perdamaian dapat dicapai. Mohon untuk selalu berpikir, 'Apa yang dapat saya lakukan saat ini untuk perdamaian'," ujar Ketua IWPG, Hyun Sook Yoon.

Baca Juga: Shandy Purnamasari Hadirkan Wadah untuk Kaum Perempuan Glowing Ber-value

Pada kesempatan yang sama, Kepala Institut Penelitian Imigrasi dan Kebijakan Multikultural Korea, Prof. Jeong Jee-youn mengatakan bahwa transformasi menuju masyarakat multikultural tidak dapat dihindari.

"Sekarang, saatnya bagi kita untuk melepaskan diri dari pendekatan saat ini dan mengadopsi pendidikan multikultural yang berkelanjutan untuk membangun masyarakat yang langgeng dan damai,"kata dia.

Sang profesor berpendapat, tantangan yang muncul dari globalisasi tidak dapat diselesaikan hanya dengan pendekatan tunggal.

"Dalam hal ini, saya berharap Pendidikan Perdamaian Perempuan IWPG, yang membahas toleransi dan rasa hormat sebagai kebajikan esensial warga negara yang damai, menjadi landasan bagi integrasi sosial dan perdamaian di era multicultural," ucapnya.

Sementara itu, beberapa pemimpin perempuan yang berpartisipasi dalam kampanye perdamaian IWPG juga membagikan kisah perjuangan mereka. Salah satunya adalah Maria Theresa Royo-Timbol, Walikota Kapalong, Davao Del Norte, Filipina. Dia berbagi pengalaman mendirikan Monumen Perdamaian IWPG yang diresmikan bulan lalu.

Monumen tersebut diharapkan menjadi pengingat untuk semua orang, terutama perempuan di sekitar Kapalong, bahwa perdamaian dapat dicapai. Mulailah perdamaian dari diri sendiri, keluarga, dan pada akhirnya akan menyebar ke seluruh masyarakat.

Baca Juga: Berdiri di Green Paradise Park Filipina, Begini Megahnya Monumen Perdamaian IWPG

"Ini pasti akan memiliki efek riak pada perempuan dan kaum muda juga. Saya mendorong perempuan untuk berpartisipasi dalam inisiatif perdamaian IWPG sehingga perempuan akan lebih menghargai pentingnya keterlibatan mereka dalam kegiatan perdamaian," kata dia.

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI