Ragam

Terjebak dalam Fake Helplessness, Kenapa Kita Sering Merendahkan Potensi Diri?

Fake helplessness adalah kondisi psikologis di mana seseorang merasa tidak berdaya dan tidak mampu mengendalikan situasi, meskipun sebenarnya mereka memiliki kemampuan dan sumber daya untuk melakukannya.

Vania Rossa

Ilustrasi Fake Helplessness, Merendahkan Potensi Diri. (Freepik)
Ilustrasi Fake Helplessness, Merendahkan Potensi Diri. (Freepik)

Dewiku.com - Pernahkah kamu merasa seolah-olah tidak mampu melakukan sesuatu, meski sebenarnya kamu memiliki kemampuan untuk itu? Atau, kamu sering meremehkan diri sendiri dan merasa tidak layak mendapatkan kesuksesan? Jika ya, mungkin kamu sedang terjebak dalam fenomena yang disebut fake helplessness.

Fake helplessness adalah kondisi psikologis di mana seseorang merasa tidak berdaya dan tidak mampu mengendalikan situasi, meskipun sebenarnya mereka memiliki kemampuan dan sumber daya untuk melakukannya. Kondisi ini membuat seseorang merendahkan potensi diri dan menghambat mereka untuk mencapai tujuan.

Fake helplessness dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, pendidikan, hingga hubungan sosial.

Menurut Carol Dweck seorang Psikolog dalam bukunya "Mindset: The New Psychology of Success", banyak orang terjebak dalam pola pikir tetap (fixed mindset), yang membuat mereka merasa tidak bisa berkembang.

Mereka cenderung menghindari tantangan karena takut gagal, padahal kegagalan adalah bagian dari proses belajar.

Menurut Psychology Today, ketidakberdayaan yang dipelajari, sering kali muncul akibat pengalaman negatif di masa lalu.

Orang yang mengalami ini cenderung percaya bahwa usaha mereka tidak akan membuahkan hasil, sehingga mereka berhenti mencoba.

Namun, dalam kasus fake helplessness, seseorang mungkin sebenarnya memiliki kemampuan, tetapi memilih untuk tidak menggunakannya karena berbagai alasan, seperti kurangnya motivasi, ketakutan akan tanggung jawab, atau kenyamanan dalam peran sebagai korban.

Dukungan atau kritik dari orang sekitar, seperti keluarga, teman, atau rekan kerja, dapat memperkuat atau melemahkan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya.

Misalnya, jika seseorang terus-menerus mendapatkan kritik tanpa umpan balik yang membangun, mereka bisa kehilangan kepercayaan diri dan merasa tidak mampu.

Kenapa kita masih meremehkan diri sendiri?

Sejak kecil, kita mungkin sering menerima pesan bahwa kita tidak cukup baik atau tidak mampu.

Orang tua yang terlalu protektif, misalnya, dapat membuat anak-anak mereka merasa tidak mandiri.

Sedangkan di masyarakat, terutama dalam budaya tertentu, bersikap rendah hati sering kali dihargai lebih tinggi daripada percaya diri.

Akibatnya, seseorang mungkin terbiasa merendahkan diri agar tidak terlihat sombong.

Selain itu, banyak orang lebih memilih untuk tidak mencoba daripada mengambil risiko gagal. Padahal, kita tidak gagal.

Terkadang juga, orang merasa lebih mudah mendapat simpati atau perhatian dengan mengaku tidak mampu, daripada mengambil inisiatif untuk bertindak.

Dampaknya, fake helplessness dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Di tempat kerja, misalnya, seorang karyawan yang selalu merasa tidak kompeten mungkin tidak akan mengambil peluang untuk berkembang.

Dalam hubungan sosial, sikap ini bisa menyebabkan ketergantungan berlebihan pada orang lain, yang akhirnya merusak dinamika hubungan.

Martin Seligman, seorang psikolog, mengatakan jika kita tidak memiliki kendali pada diri sendiri, kita akan menyerah pada diri kita sendiri.

“Ketika kita percaya bahwa kita tidak memiliki kendali atas hidup kita, kita akan cenderung menyerah bahkan sebelum mencoba,” ujarnya.

Selain itu, menurut Albert Bandura, seorang psikolog terkenal dengan teori self-efficacy, menyatakan bahwa kepercayaan diri tidak menjamin untuk kesuksesan, tapi jika kita tidak percaya diri, akan mendapatkan kegagalan.

“Kepercayaan diri tidak selalu menjamin kesuksesan, tetapi ketidakpercayaan diri pasti menumbuhkan kegagalan,” ungkapnya.

Hal tersebut menekankan bahwa meremehkan kemampuan diri sendiri dapat menjadi penghalang utama dalam mencapai keberhasilan.

Lalu, bagaimana cara untuk menghadapi ketidakberdayaan ini?

Kenali diri sendiri, coba untuk merenungkan kapan dan bagaimana saat kita meremehkan diri sendiri. Kemudian, mulailah, untuk mengenali diri sendiri dan menghargai diri sendiri.

Bangun growth mindset, selalu percaya bahwa kemampuan bisa berkembang melalui usaha. Dan, penting untuk memulai dengan langkah kecil, untuk membangun kepercayaan diri. Kamu bisa memmulai dengan langkah-langkah kecil dan tetapkan target yang ingin dicapai.

Meski fake helplessness adalah kondisi yang umum terjadi, tetapi bukan berarti kamu harus menyerah padanya. Dengan kesadaran dan upaya yang tepat, kamu dapat mengatasi hal ini dan mencapai potensi penuhmu.

(Mauri Pertiwi)

Berita Terkait

Berita Terkini