Ragam

Dianggap Berani Lawan Sahroni, Salsa Erwina Jadi Simbol Pentingnya Suara Perempuan di Publik

Salsa Erwina viral usai menantang anggota DPR Ahmad Sahroni untuk debat. Aksinya jadi simbol pentingnya suara perempuan di ruang publik, mengingatkan bahwa perempuan berhak bersuara kritis tanpa dibatasi stereotip sosial.

Vania Rossa

Salsa Erwina Hutagalung (Instagram/salsaer)
Salsa Erwina Hutagalung (Instagram/salsaer)

Dewiku.com - Nama Salsa Erwina belakangan jadi sorotan publik. Sosoknya ramai diperbincangkan setelah secara terbuka menantang anggota DPR RI, Ahmad Sahroni, untuk berdebat. Aksi ini menuai respons beragam di media sosial, sekaligus memunculkan diskusi tentang pentingnya suara perempuan di ruang publik yang sering kali masih didominasi laki-laki.

Keberanian Salsa jelas bukan hal sepele. Langkahnya menantang debat memperlihatkan semangat generasi muda yang ingin mengedepankan diskusi terbuka. Meski diduga sempat mengalami intimidasi, ia tetap jadi bukti nyata bahwa kehadiran perempuan dalam ruang publik tidak boleh dibatasi hanya karena stereotip sosial.

Dilansir dari Canadian Women’s Foundation, suara perempuan sering kali dianggap remeh atau bahkan diabaikan. Padahal hukum sudah melindungi hak mereka. Sayangnya, masih banyak yang diperlakukan berbeda hanya karena gender. Padahal, keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan mampu membawa perspektif baru yang tidak hanya mengutamakan dirinya sendiri, tapi juga keluarga dan komunitas.

Bahkan menurut UN Women Asia Pacific, sampai saat ini belum ada satu pun negara di dunia yang benar-benar mencapai kesetaraan gender. Norma sosial yang menempel begitu kuat sering kali membuat perempuan tidak terlihat, bahkan diabaikan dalam ruang-ruang pengambilan keputusan.

Di tengah realitas itu, keberanian Salsa jadi representasi penting bahwa suara perempuan tidak boleh dipandang sebelah mata. Ia menyuarakan keresahan publik terhadap kinerja DPR yang dianggap semakin jauh dari kepentingan rakyat. Dari sinilah publik kembali diingatkan: perempuan punya peran krusial dalam mewujudkan ruang yang setara dan inklusif.

Menurut Uwareloo, ada banyak alasan kenapa perempuan harus terus berani bersuara meski menghadapi berbagai hambatan. Di antaranya:

  • Melawan seksisme yang nyata.
  • Mengangkat isu-isu yang sering terabaikan oleh laki-laki.
  • Mendorong perempuan lain agar juga berani bersuara.
  • Menentang berbagai bentuk ketidakadilan.
  • Memvalidasi pengalaman banyak perempuan yang selama ini dipaksa diam.
  • Memberi pengaruh nyata hingga bisa mendorong perubahan.
  • Membawa keberagaman perspektif yang memperkaya pandangan terhadap suatu isu.

Tak hanya vokal di ruang publik, Salsa sebenarnya punya latar belakang akademis dan karier yang menginspirasi. Ia kini menetap di Aarhus, Denmark, dan bekerja sebagai Strategy Manager di Vestas. Sebelumnya, Salsa menempuh pendidikan di Jurusan Hubungan Internasional UGM (2010–2014) dan berhasil lulus dengan predikat Best Graduate dengan GPA 3,81 dari 4,00.

Sejak kuliah, Salsa aktif di dunia debat internasional. Ia pernah mewakili Indonesia di ajang debat dunia di Berlin, sukses masuk babak perempat final, hingga akhirnya menyabet juara debat se-Asia Pasifik pada tahun 2014 di Nanyang Technological University, Singapura.

Prestasi, keberanian, dan konsistensi Salsa menjadikannya sosok yang bukan hanya inspiratif, tapi juga pengingat bahwa perempuan berhak dan wajib bersuara, apa pun tantangannya.

(Himayatul Azizah)

Berita Terkait

Berita Terkini