Di Balik Bayang-Bayang AIDS, Perempuan Rentan Menjadi Korban dan Membutuhkan Perhatian Lebih

Perempuan menjadi kelompok yang paling rentan terinfeksi HIV/AIDS. Kesenjangan gender, norma sosial, dan ketidaksetaraan ekonomi membuat perempuan lebih mudah terpapar virus mematikan ini.

By: Vania Rossa icon Rabu, 04 Desember 2024 icon 17:29 WIB
Di Balik Bayang-Bayang AIDS, Perempuan Rentan Menjadi Korban dan Membutuhkan Perhatian Lebih

Perempuan Di Balik Bayang-Bayang HIV/AIDS (UNAIDS)

Setiap tahun, dunia memperingati Hari AIDS Sedunia pada tanggal 1 Desember untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS dan mendorong upaya pencegahan serta penanganan penyakit ini. Namun, di balik angka statistik dan kampanye global, terdapat realitas pahit yang seringkali terabaikan: perempuan menjadi kelompok yang paling rentan terinfeksi HIV. Kesenjangan gender, norma sosial, dan ketidaksetaraan ekonomi membuat perempuan lebih mudah terpapar virus mematikan ini.

Mengapa Perempuan Lebih Rentan Terinfeksi HIV?

Faktanya, HIV/AIDS hingga hari ini masih menjadi pandemi yang belum menemukan ujung cerita. Menurut laporan UNAIDS — Lembaga PBB yang merespons HIV/AIDS, pada 2023, sebanyak 53 persen orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah perempuan dan anak perempuan. Dan di tahun yang sama, 44 persen dari kasus baru infeksi HIV adalah perempuan.

Baca Juga: KDRT di NTT, Ketidakberdayaan Perempuan Masih Menjadi Masalah Besar

Data ini menunjukkan bahwa perempuan masih menjadi kelompok yang paling rentan terhadap HIV/AIDS, baik sebagai penyintas maupun sebagai kelompok dengan angka penularan tertinggi. 

Yasmin Purba, Human Rights and Gender Adviser UNAIDS, mengungkap bahwa selain perempuan, terdapat tiga kelompok lainnya yang rentan terinfeksi oleh HIV/AID yaitu, transgender perempuan (transpuan), laki-laki yang berhubungan dengan laki-laki, dan pekerja seks. Keempat kelompok ini rentan terinfeksi HIV/AIDS serta mengalami standar ganda yang memperburuk keadaan mereka.

“Transgender perempuan (transpuan) saat ini setidaknya paling sering mendapatkan kerentanan berlapis seperti diskriminasi dan mengakses layanan kesehatan,” tambah Yasmin pada acara Press Briefing Kekerasan Terhadap Peeempuan di Indonesia, Senin (25/11).

Baca Juga: Forum Perempuan di Desa Camplong II dan Tolnaku: Sebuah Upaya Bangkit Menuju Pemberdayaan

Data lain dari Behavioral Surveillance Survey UNAIDS (2023) menunjukkan setidaknya 10% transgender mengalami stigma dan diskriminasi. Dan 10% transgender juga pernah mengalami kekerasan seksual. Stigma dan diskriminasi juga menyebabkan setidaknya 34% transgender menghindari mengakses layanan kesehatan.

“Di Indonesia sendiri lembaga upaya sudah banyak, namun kuatnya stigma terhadap para korban membuat mereka ragu dan enggan mengakses layanan kesehatan. Takut dirinya terekspos yang kemudian menjadi target penyiksaan,” kata Yasmin. 

Upaya Pencegahan dan Penanganan

Salah satu tujuan global saat ini adalah mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030. Meski tantangannya masih besar dan perjalanan panjang, UNAIDS dan berbagai pihak lainnya terus berupaya keras untuk mewujudkan tujuan tersebut. 

Untuk mengatasi permasalahan HIV/AIDS pada perempuan, tentu saja diperlukan upaya yang komprehensif, dimulai dari peningkatan kesadaran melalui kampanye edukasi, akses layanan kesehatan yang mudah dan terjangkau (termasuk tes HIV, konseling, dan pengobatan), upaya perlindungan hukum terhadap perempuan dari kekerasan seksual dan diskriminasi, serta pemberdayaan ekonomi agar perempuan dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi kerentanan terhadap HIV/AIDS.

UNAIDS telah menetapkan tema “Take the rights path to end AIDS: My health, my right!”. Melalui tema ini, UNAIDS berfokus pada pentingnya pemenuhan hak-hak orang dengan HIV/AIDS (ODHA) hingga kelompok rentan. 

“Perjuangan melawan HIV/AIDS belum selesai. Kami mengingatkan kembali komitmen negara-negara untuk melindungi mereka dari diskriminasi agar mereka dapat mengakses hak nya dan layanan yang mereka butuhkan tanpa diskriminasi dengan bebas,” pungkas Yasmin. 

Baca Juga: UN Women Indonesia Luncurkan Chatbot AI untuk Perempuan

(Humaira Ratu Nugraha)

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI