Biennale Jogja 2019, Begini Epiknya Hotel Purgatorio di Kampung Jogoyudan

Sudahkah Anda mengunjungi Hotel Purgatorio di Kampung Jogoyudan?

By: Rima Sekarani Imamun Nissa icon Kamis, 31 Oktober 2019 icon 13:02 WIB
Biennale Jogja 2019, Begini Epiknya Hotel Purgatorio di Kampung Jogoyudan

Hotel Purgatorio di Kampung Jogoyudan. (Istimewa/Dok.Biennale Jogya XV Equator #5)

Biennale Jogja 2019 menawarkan berbagai instalasi seni menarik dan tidak biasa. Salah satu yang tak boleh dilewatkan adalah Hotel Purgatorio di Kampung Jogoyudan.

Hotel Purgatorio, sebuah karya instalasi oleh Yoshi Fajar yang merespon site spesifik di RW 10 Kampung Jogoyudan, menghadirkan instalasi konseptual mengenai hotel dengan menyediakan ruang tidur, model instalasi kloset - kamar mandi, dan beranda santai.

Instalasi satu ini "menantang" konsep hotel global yang standar dan bersifat korporasi. Karya ini dikerjakan dalam waktu 3 hari secara struktur. Material dikumpulkan melalui sumbangan individual ataupun material bekas pakai dari jaringan ugahari, ada juga beberapa dari bekas rumah gusuran.

Baca Juga: Serba-Serbi Jadi Kurator Seni, Harus Terus Belajar

Selama Biennale Yogya XV Equator #5 berlangsung, hotel ini dikelola secara profesional oleh manajemen Muda-mudi RW 10 Kampung Jogoyudan sebagai tuan rumah penginapan dan dipublikasikan melalui jaringan airBnB.

Hotel Purgatorio di Kampung Jogoyudan. (Istimewa/Dok.Biennale Jogya XV Equator #5)
Hotel Purgatorio di Kampung Jogoyudan. (Istimewa/Dok.Biennale Jogya XV Equator #5)

Selama jangka waktu itu pula, Hotel Purgatorio akan menjadi ruang publik bagi setiap orang untuk bertemu, berbincang, atau berdiskusi.

Sarasehan dan pembukaan Hotel Purgatorio dilaksanakan di Balai Serbaguna RW X Jogoyudan, Selasa (29/10/2019) kemarin.

Baca Juga: Biennale Jogja XV 2019, Pengunjung Diajak Melihat Sisi Lain Asia Tenggara

Tri Mulyono, staf ahli perwakilan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan pihaknya mendukung kegiatan seni yang melibatkan masyarakat. Menurutnya, budaya yang tergerak maju dapat menjaga identitas nasional.

"Melalui kekayaan budaya yang menjadi teladan falsafah hidup, memaknai budaya, tidak hanya berkesenian, tetapi menjadi identitas esensial budaya, bagaimana suatu bangsa dapat bertahan," ujar Tri Mulyono, dalam rilis yang diterima DewiKu.com, Rabu (30/10/2019) kemarin.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Eko Nugroho memaparkan makna kebudayaan berkaitan dengan Perda No 3 tahun 2017. Dia menilai Biennale berperan dalam pengembangan kebudayaan yang melibatkan masyarakat dan pemerintah.

Hotel Purgatorio di Kampung Jogoyudan. (Istimewa/Dok.Biennale Jogya XV Equator #5)
Hotel Purgatorio di Kampung Jogoyudan. (Istimewa/Dok.Biennale Jogya XV Equator #5)

Pemilihan Jogoyudan sebagai lokasi pembangunan Hotel Purgatorio berkaitan dengan tema Biennale Jogja XV, yaitu memaknai 'pinggiran'. Selain lokasinya yang memang terletak di pinggiran kota, proyek ini juga sekaligus mengenalkan potensi Kampung Jogoyudan.

Pembuatan Hotel Purgatorio dibangun menggunakan material bambu sebagai penunjang. Prosesnya juga melibatkan masyarakat sekitar Jogoyudan.

Salah satunya adalah melalui wokshop Damar Kurung yang mengajak anak-anak melukis dalam sebuah lampion. Gambar yang dihasilkan merupakan representasi keaslian lingkungan dan aktivitas warga Kampung Jogoyudan seperti berjualan, memancing ikan, dan lainnya.

Baca Juga: Serunya Mengolah Sampah Plastik Menjadi Seni di Biennale Jogja 2019

Setelah Biennale Jogja XV usai, instalasi seni ini akan berganti nama menjadi Hotel Jogoyudan.

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI