Jam Koma, Virus Produktivitas yang Diam-diam Mengintai

Jam koma merupakan sinyal dari tubuh untuk lebih memperhatikan pola hidup.

By: Risna Halidi icon Sabtu, 11 Januari 2025 icon 13:27 WIB
Jam Koma, Virus Produktivitas yang Diam-diam Mengintai

Ilustrasi stres bekerja / pexels.com

Istilah "jam koma" sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama di kalangan Gen Z.

Jam koma sendiri merupakan istilah yang menggambarkan kondisi kelelahan ekstrem dan kehilangan fokus yang biasanya terjadi pada sore hari, antara pukul 4 hingga 5 sore.

Ilustrasi perempuan mengalami stres dan tekanan berat saat bekerja (Freepik)
Ilustrasi perempuan mengalami jam koma (Freepik)

Pada jam ini, seseorang dapat tiba-tiba merasa sangat lelah hingga tertidur tanpa direncanakan.

Baca Juga: Brain Rot Dinobatkan Jadi Oxford Word of the Year 2024: Mengungkap Fenomena Kemerosotan Mental di Era Digital

Menurut Journal of Sleep Research, fenomena ini erat kaitannya dengan gangguan ritme sirkadian tubuh, yang berfungsi mengatur pola tidur dan energi sepanjang hari.

Gangguan pada ritme sirkadian sering disebabkan oleh pola hidup yang tidak seimbang, seperti kurang tidur, pola makan yang tidak teratur, dan aktivitas fisik maupun mental yang berat.

Penelitian menunjukkan bahwa ritme tubuh yang terganggu dapat memicu kelelahan mendadak, bahkan pada waktu-waktu yang dianggap tidak biasa.

Baca Juga: Tobrut dan Aura Maghrib: Lelucon atau Bentuk Baru Diskriminasi?

Penyebab Jam Koma
Jam koma tidak hanya terjadi akibat kelelahan alami yang mengikuti siklus harian tubuh (circadian rhythm), tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:

Kurangnya Tidur Berkualitas
Pola tidur yang tidak teratur atau tidur kurang dari 7-9 jam per malam dapat mengacaukan ritme sirkadian, sehingga tubuh kehilangan waktu optimal untuk memulihkan energi.

Kekurangan Nutrisi
Pola makan yang tidak seimbang, seperti konsumsi karbohidrat sederhana tanpa cukup serat, protein, atau lemak sehat, membuat tubuh sulit mempertahankan energi sepanjang hari.

Dehidrasi
Kurangnya asupan cairan memperburuk kondisi tubuh, mengakibatkan rasa kantuk dan lemas lebih cepat.

Gaya Hidup Tidak Aktif
Aktivitas fisik yang minim dapat menurunkan metabolisme tubuh, membuat energi cepat habis meskipun aktivitas harian tidak terlalu berat.

Siapa yang Rentan Mengalami Jam Koma?
Meskipun istilah ini populer di kalangan Gen Z di media sosial, fenomena ini dapat dialami oleh semua kelompok usia dan profesi.

Orang-orang dengan gaya hidup padat, sering begadang, atau memiliki kebiasaan makan tidak teratur, termasuk pekerja kantoran, ibu rumah tangga, dan individu dengan aktivitas fisik yang rendah, berisiko tinggi mengalaminya.

Dampak dan Pentingnya Penanganan
Walaupun penurunan energi pada sore hari merupakan bagian dari siklus alami tubuh, jam koma sebaiknya tidak dianggap normal.

Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mengurangi produktivitas dan menjadi tanda awal adanya masalah serius dalam pola hidup atau kesehatan tubuh.

Cara Mengatasi Jam Koma
Menurut Journal of Sleep Research, mengatasi jam koma dapat dilakukan dengan tidur cukup 7-9 jam setiap malam dan menjaga jadwal tidur yang konsisten.

Konsumsi makanan bergizi seperti buah, sayur, protein, dan biji-bijian utuh, serta hindari makanan tinggi gula atau karbohidrat olahan. Minum minimal dua liter air setiap hari untuk menjaga hidrasi tubuh.

Lakukan aktivitas fisik ringan, seperti berjalan kaki atau peregangan, dan jika merasa lelah, ambil istirahat singkat 10-15 menit untuk memulihkan energi.

Jam koma merupakan sinyal dari tubuh untuk lebih memperhatikan pola hidup. Menjaga keseimbangan antara aktivitas, istirahat, dan asupan nutrisi adalah kunci utama untuk mencegah dan mengatasi fenomena ini.

Baca Juga: 4 Cara Menikmati Bonus Tahunan ala Gen Z: Self Reward Nomor Satu?

Penulis: Nurul Lutfia Maryadi

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI