Tobrut dan Aura Maghrib: Lelucon atau Bentuk Baru Diskriminasi?

Di media sosial, pelecehan seksual non-fisik sering kali lebih gampang terjadi karena pelaku merasa aman di balik anonimitas.

By: Vania Rossa icon Selasa, 24 Desember 2024 icon 12:15 WIB
Tobrut dan Aura Maghrib: Lelucon atau Bentuk Baru Diskriminasi?

istilah “tobrut” dan “aura maghrib” populer di media sosial. (Freepik)

Belakangan ini, istilah “tobrut” dan “aura maghrib” populer di media sosial. Istilah ini merupakan  representasi seksis di masyarakat yang saat ini seakan-akan telah dinormalisasikan untuk memviralkan suatu konten. Bukannya mengapresiasi perempuan sebagai individu, istilah-istilah ini justru merendahkan mereka hanya berdasarkan penampilan fisik. 

Apa arti istilah ini?

“Tobrut” adalah singkatan dari kata-kata yang tidak pantas, sering dipakai untuk menggambarkan fisik perempuan dengan nada negatif. Biasanya, istilah ini mengarah ke ukuran tubuh tertentu.  Sementara itu, “aura maghrib” dipakai untuk menyebut perempuan dengan kulit gelap, seperti ingin mengejek penampilan mereka. 

Baca Juga: Womens March Jakarta 2024: Ribuan Suara Tuntut Akhiri Diskriminasi dan Patriarki

Ketika istilah ini viral, perempuan direndahkan sebatas bentuk tubuh atau warna kulit saja. Stereotip seperti ini tidak cuma salah, lho, tetapi juga berbahaya karena membuat perempuan bisa kena body shaming, pelecehan, bahkan mengalami tekanan mental seperti rasa insecure, depresi, atau kecemasan.

Kenapa istilah ini populer?

Di media sosial, pelecehan seksual non-fisik sering kali lebih gampang terjadi karena pelaku merasa aman di balik anonimitas. Mereka berpikir bahwa apa yang mereka lakukan tidak akan ketahuan atau kena konsekuensi. Padahal, tindakan seperti ini punya dampak serius, bahkan bisa dikenai sanksi hukum.

Baca Juga: Tren Mobile Entertainment 2024, Ini Platform OTT Terpopuler di Indonesia

Parahnya, banyak orang ikut-ikutan menggunakan istilah seperti ini hanya untuk “seru-seruan” tanpa mempertimbangkan dampaknya. Mereka tidak sadar bahwa hal ini justru memperkuat budaya yang memandang perempuan sebagai objek seksualitas. 

Alih-alih mengapresiasi kepribadian atau pencapaian perempuan, istilah-istilah seperti ini malah membuat masyarakat semakin terjebak dalam pola pikir patriarki yang merugikan.

Citra Negatif terhadap Tubuh Perempuan

Meskipun sering dianggap sebagai “candaan”, istilah “tobrut” dan “aura maghrib” sebenarnya membawa dampak buruk yang besar bagi perempuan lho,

Kedua istilah ini bukan hanya seksis, tapi juga memperkuat standar sosial yang tidak adil bagi perempuan. 

Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan perempuan yang dianggap menarik perhatian laki-laki. Keduanya memberikan stigma negatif pada tubuh perempuan, dan merusak rasa percaya diri mereka. 

Perempuan yang menerima julukan ini sering kali merasa tidak nyaman, malu, bahkan mengalami tekanan psikologis. Naasnya, situasi ini diperparah oleh budaya yang menempatkan penampilan sebagai tolak ukur utama dalam menilai perempuan. 

Stop ikut-ikutan tren yang merugikan perempuan seperti ini, dan jangan biarkan istilah seksis yang merendahkan perempuan semakin terus populer. 

Mari mendukung budaya yang menghargai perempuan sebagai individu dengan segala potensi dan keunikannya. Karena setiap orang memiliki nilai yang tidak bisa diukur dari fisiknya, dan itu yang harus kita ingat. 

Jadi, yuk mulai sekarang lebih bijak dalam menggunakan kata-kata, terutama di media sosial. 

Baca Juga: 25 Twibbon HUT ke-79 RI, Semangat Rayakan Hari Kemerdekaan RI

(Humaira Ratu Nugraha)

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI