Ragam

Mengenal Endometriosis: Rintangan Perempuan Menuju Kehamilan

Endometriosis tak hanya bikin nyeri haid, tapi juga bisa jadi penghalang kehamilan. Kenali gejalanya dan solusi medis yang memberi harapan.

Vania Rossa

Ilustrasi rintangan kehamilan. (Freepik)
Ilustrasi rintangan kehamilan. (Freepik)

Dewiku.com - Bagi sebagian pasangan, kehamilan dan memiliki anak mungkin terasa seperti proses yang alami. Namun, bagi sebagian lainnya, perjuangan untuk meraih dua garis di test pack bisa menjadi perjalanan panjang penuh harap dan air mata. 

Kabar baiknya, berkat kemajuan teknologi di bidang fertilitas, harapan itu tidak lagi mustahil. Program bayi tabung (IVF), inseminasi buatan, hingga teknologi terbaru seperti EMBRACE (Embryo Analysis of Culture Environment) dan ROSI (Round Spermatid Injection) kini menjadi pilihan nyata untuk membantu mewujudkan mimpi menjadi orang tua.

Namun, sebelum masuk ke tahap penanganan, penting untuk mengenali apa saja penyebab dari gangguan kesuburan. Salah satu kondisi yang sering luput dari perhatian — namun umum terjadi pada perempuan usia subur — adalah endometriosis.

Endometriosis: Saat Nyeri Haid Bukan Lagi Sekadar “Biasa”

Ilustrasi gangguan kesuburan pada perempuan. (dok. Bocah Indonesia)
Ilustrasi gangguan kesuburan pada perempuan. (dok. Bocah Indonesia)

Sebagian besar perempuan mungkin pernah mengalami nyeri haid. Tapi jika rasa nyeri itu begitu parah hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan sampai tak bisa bekerja atau sekolah, ini bisa jadi tanda bahaya.

Menurut dr. Steven Aristida, Sp.OG, Subsp.FER., kondisi tersebut patut dicurigai sebagai endometriosis, gangguan di mana jaringan endometrium —yang seharusnya tumbuh di dalam rahim — justru muncul di luar rahim, seperti di rongga panggul, ovarium, atau di belakang leher rahim.

Masalahnya, jaringan ini tetap mengikuti siklus menstruasi: menebal, luruh, dan berdarah setiap bulan. Tapi karena berada di tempat yang tidak semestinya, darah dan jaringan tersebut tidak bisa keluar dengan normal. Akibatnya, timbullah peradangan, nyeri kronis, dan perlengketan organ yang dapat mengganggu kesuburan.

“Sakit saat haid hari pertama sampai ketiga masih bisa dianggap wajar. Tapi kalau nyerinya terus-menerus, bahkan saat buang air kecil, besar, atau berhubungan intim, maka harus dicurigai adanya endometriosis,” jelas dr. Steven saat ditemui di acara 6th Anniversary Bocah Indonesia, Minggu (8/6/2025). 

Rasa Sakit Saat Berhubungan Seksual Bisa Jadi Tanda

Salah satu gejala yang sering dialami oleh penderita endometriosis adalah nyeri saat berhubungan seksual, terutama jika jaringan endometriosis tumbuh di bagian belakang leher rahim.

Saat penetrasi terjadi, area ini bisa terasa seperti “disodok” dan memicu nyeri hebat. Bahkan, pada beberapa perempuan, rasa sakit bisa dirasakan di berbagai posisi dan semakin parah jika kondisi endometriosisnya sudah masuk ke stadium lanjut.

Bisa Menyebabkan Infertilitas, Bahkan Tanpa Gejala

Yang lebih mengkhawatirkan, endometriosis bisa menyebabkan gangguan kesuburan. Namun masalahnya, endometriosis sering kali tidak menunjukkan gejala yang signifikan, dan banyak perempuan baru menyadari keberadaan endometriosis ketika mereka kesulitan hamil dan akhirnya menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

“Kadang datang ke dokter sudah stadium 3 atau 4, tanpa tahu sebelumnya karena tidak merasa ada keluhan. Padahal sudah terbentuk kista atau perlengketan yang cukup parah,” ujar dr. Steven.

Jika sudah begitu, penanganan medis biasanya memerlukan tindakan operasi untuk mengangkat jaringan yang mengganggu jalannya sperma atau menempelkan embrio.

Periksa Dini, Jangan Tunggu Sakit

Deteksi dini jadi kunci penting. Pemeriksaan kesehatan reproduksi sebaiknya dilakukan setahun sekali, bahkan sejak perempuan mulai menstruasi.

Bagi yang belum pernah berhubungan seksual, pemeriksaan bisa dilakukan dengan metode USG transrectal (lewat anus) yang aman, tidak sakit, dan tidak merusak selaput dara.

Sayangnya, masih banyak yang merasa malu atau takut memeriksakan diri. Padahal, semakin cepat kondisi ini terdeteksi, semakin besar peluang untuk ditangani dengan baik dan tetap bisa memiliki anak di kemudian hari.

Klinik Bocah Indonesia: Harapan Itu Nyata

Di tengah tantangan seperti endometriosis dan gangguan kesuburan lainnya, klinik fertilitas seperti Bocah Indonesia hadir membawa harapan. Dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-6, klinik ini menegaskan kembali komitmennya dalam mendampingi perjalanan para pejuang garis dua.

Hingga kini, lebih dari 22.000 pasangan telah mendapat layanan dari Bocah Indonesia, dan lebih dari 400 bayi lahir melalui program bayi tabung (IVF).

“Enam tahun bukan hanya tentang angka. Ini adalah kisah perjuangan, harapan, dan kerja bersama seluruh tim yang sepenuh hati memberikan yang terbaik. Kami bersyukur dapat menjadi bagian dari perjalanan hidup banyak keluarga, baik di Indonesia maupun mancanegara,” demikian dikatakan dr. Pandji Sadar, Chief Executive Officer Bocah Indonesia.

Dengan teknologi terkini seperti EMBRACE dan ROSI, Bocah Indonesia menjadi satu-satunya klinik di Indonesia yang menghadirkan layanan canggih ini. Didukung oleh tim dokter spesialis fertilitas berpengalaman, klinik ini memberikan solusi medis yang personal dan holistik bagi setiap pasangan.

Di perayaan ulang tahunnya kali ini, Bocah Indonesia menghadirkan sesi talkshow awam dari para ahli terkemuka di bidang fertilitas, seperti dr. Beeleonie, Sp.OG, Subsp.FER., dr. Cynthia Agnes Susanto, BMedSc, Sp.OG., dr. Steven Aristida, Sp.OG, Subsp.FER., dr. Gito Wasian, Sp.And., dan dr. Maitra Djiang Wen, Sp.And, Subsp.FER, M.ClinEmbryol yang membagikan wawasan penting seputar kesehatan reproduksi dan program kehamilan berbantu medis.

Selain itu, dihadirkan pula 6 Experience Spot yang mewakili seluruh indra manusia, mulai dari zona xpresi (penglihatan), dedikasi (peraba), xplorasi (perasa), visualisasi (pikiran), edukasi (pendengaran), hingga intimacy (penciuman). Seluruhnya dirancang untuk membawa para peserta menyelami makna mendalam dari perjalanan fertilitas.

Lewat program medis yang disesuaikan secara personal, Bocah Indonesia memberi harapan kepada setiap pasangan yang ingin melakukan program hamil.

Jadi, ingat bahwa endometriosis bukanlah akhir dari segalanya. Dengan pemahaman yang tepat, pemeriksaan rutin, dan bantuan teknologi yang tersedia, impian untuk menjadi orang tua tetap bisa diwujudkan.

Berita Terkait

Berita Terkini