Ragam

Gosip Bikin Sehat Mental? Cek Dulu Sisi Baik dan Buruknya Biar Nggak Kebablasan!

Nggak selamanya bergosip itu jahat, ada sisi baiknya juga yang bisa dirasakan. Sebab semua kembali pada sikap dan prasangka masing-masing pribadi dalam menyikapinya.

Vania Rossa | Estika Kusumaningtyas

Ilustrasi bergosip (Unsplash.com/Ben White)
Ilustrasi bergosip (Unsplash.com/Ben White)

Dewiku.com - Dikenal sebagai aktivitas negatif, bergosip sering kali dikaitkan dengan kebiasaan buruk yang cenderung kurang bermoral. Namun, belakangan justru mencuat hasil riset yang sebut bergosip bisa redakan stres.

Dalam sesi wawancara Newsweek dengan Terapis Alexandra Hoerr dan Psikiater Dr. Charles Sweet, diungkap kalau gosip memberikan manfaat positif pada kesehatan mental. Sebab, lewat bergosip, orang akan merasa didengar dan dikung.

Pada akhirnya, sesi berbagi gosip sosial bisa mengurangi stres yang menyehatkan mental, terlebih kalau dibarengi dengan sikap peduli. Entah itu membahas pengalaman kencan, meminta saran, atau bahkan curhat.

Dalam kasus-kasus semacam itu, bergosip bukan dimaksudkan untuk menjadi jahat. Tapi lebih pada cara seseorang memberi peringatan demi melindungi orang lain.

Dampak Positif dan Negatif dari Bergosip

Dalam menanggapi hasil riset tentang bergosip yang dianggap bisa redakan stres, tentu kita nggak bisa sepenuhnya berpedoman murni pada hasil penelitian tersebut. Harus ada porsi berimbang yang melihat dampak positif da negatif dari bergosip juga, nih.

Dampak Positif Bergosip

Selain potensi meredakan stres dan manfaat untuk kesehatan mental, bergosip juga bisa menjadi cara untuk melihat kelemahan diri. Entah itu bagi orang lain atau gosip tentang kita sendiri, pada akhirnya pembahasan yang awalnya negatif bisa dicari hikmahnya.

Dengan mengetahui kelemahan yang dimiliki, kita bisa mulai memperbaiki diri, atau istilahnya upgrade diri agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.  Kalau berkaitan dengan kelemahan orang lain, kita bisa memberi peringatan atas perilaku buruk tersebut.

Selain itu, ada sisi positif dari bergosip yang ternyata juga bisa memperkuat persahabatan, lho. Siapa sangka dengan bergosip kita juga sambil membangun kedekatan dengan ‘rekan’ bergosip. Bukan hanya berbagi update berita sosial, kita juga bisa mencari solusi dari masalah yang dihadapi.

Dampak Negatif dari Bergosip

Sayangnya, nggak semua hal positif berdiri sendiri. Ajang bergosip yang punya manfaat positif juga memberikan dampak negatif secara bersamaan kalau nggak dilakukan dengan bijak. Yang ada justru akan berdampak pada hubungan interpersonal dan kepercayaan sosial.

Oang yang ‘hobi’ bergosip berpotensi kehilangan kepercayaan dari sekitar.sebab, ada anggapan kalau si penyebar gosip juga akan membicarakan kita di belakang. Pada akhirnya, trust issue ini akan memicu perasaan nggak nyaman.

Bukan hanya itu, orang yang dikenal sebagai penggosip juga lebih banyak dihindari dalam lingkungan sosial. Si penggosip yang mendapat ‘bahan berita’ bakal langsung bergosip dan menyebarkan apa pun yang didapat yang bahkan bisa ditambah ‘bumbu’.

Kalau terus menerus dilakukan dan jadi kebiasaan yang sulit dikontrol, gosip juga akan memicu emosi negatif berupa amarah dan dendam. Ke depannya, si penyebar gosip lama-lama sulit masuk dalam lingkungan sosial dan akan terasing.

Efek Domino dari Bergosip di Kantor

Gosip memang nggak kenal lingkungan, bahkan kantor yang seharusnya jadi tempat bekerja dan berkarya juga bisa jadi ‘lokasi’ epik bergosip. Pada akhirnya, kebiasaan bergosip di kantor akan menggerus budaya produktif yang seharunya terbangun.

Efek domino bergosip di tempat kerja juga memicu ketegangan antar rekan kantor dan semakin minimnya kepercayaan pada sejawat. Padahal, kantor juga berpotensi menjadi tempat membangun persahabatan yang kuat, lho.

Sayangnya, efek dominonya terlalu besar dan manfaat yang diperoleh nggak lebih tinggi dibanding dampak negatifnya. Jadi, bukankah dalam menerima sebuah kabar berita memang seharusnya disikapi dengan bijak lebih dulu?

Nggak selamanya bergosip itu jahat, ada sisi baiknya juga yang bisa dirasakan saat bisa terkontrol dengan bijak. Semua kembali pada pribadi masing-masing dalam menyikapi sebuah gosip dan pelaku penyebaran gosip itu sendiri.

 

 

Berita Terkait

Berita Terkini